TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyelamat Palestina di lokasi serangan udara Israel semalam di Gaza membersihkan puing-puing pada Rabu pagi, 1 November 2023, dan secara bertahap memperlihatkan kepala dan lengan yang tidak bergerak, korban terbaru dari pengeboman yang telah menewaskan ribuan orang.
Saat tim penyelamat membersihkan lebih banyak puing, sisa jenazah perlahan-lahan muncul, seorang anggota keluarga Nasr yang rumahnya di kota selatan Khan Younis terkena bom pada Rabu pagi, menewaskan sembilan orang menurut warga.
"Tetangga kami meninggal. Di mana pun Anda melihat, selalu ada seorang martir," kata Eyad al-Ateyle, yang mengatakan serangan itu membuat dia terbangun pada pukul 2 pagi sebelum dia berhasil keluar dari rumahnya bersama istri dan anaknya melalui kabut debu tebal.
Serangan Israel yang meningkat telah menewaskan hampir 8.800 warga Palestina menurut otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas, sebagian besar melalui serangan udara dan artileri seperti yang menghantam rumah keluarga Nasr.
Militer Israel mengatakan bahwa meskipun mereka telah memerintahkan warga sipil untuk bergerak ke selatan, mereka akan menyerang setiap sasaran Hamas di seluruh wilayah tersebut sambil mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi dampak buruknya.
Serangan tersebut, sebagai respons terhadap serangan militan Hamas pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang dan menculik 240 orang, kini mencakup invasi darat yang diperkirakan akan meningkatkan kekerasan.
Lebih dari separuh penduduk Gaza telah mengungsi, rumah sakit yang penuh sesak, kekurangan listrik dan obat-obatan, membuat para korban luka tidak bisa pulang, dan para penggali kubur kehabisan tempat pemakaman.
Pada Selasa, serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara menewaskan puluhan orang menurut otoritas rumah sakit, meninggalkan kawah yang terlihat seperti bulan. Israel mengatakan serangannya menargetkan seorang komandan senior Hamas.
Di kamar mayat di Khan Younis, tempat beberapa jenazah keluarga Nasr yang tewas di tempat lain di kota itu dibawa, sekelompok pria dan anak laki-laki berdiri menyaksikan lebih banyak korban tewas tiba dengan ambulans.
Jenazah-jenazah diangkat ke tandu dan dibawa ke kamar mayat. Seorang anak laki-laki berdiri diam mengintip melalui pagar. Anggota keluarga yang marah dari beberapa korban tewas berteriak, "Dengan jiwa dan darah kami, kami menebus kalian para martir".
Di dalam, para pekerja membersihkan debu dan darah dari jenazah dan membungkus mereka dengan kain kafan putih untuk untuk dimakamkan. Dari 15 jenazah di kamar mayat ketika Reuters berkunjung pada Rabu pagi, empat di antaranya adalah anak-anak.
“Setiap hari ada yang meninggal dan setiap hari ada anak-anak atau perempuan di antara mereka,” kata seorang dokter di sana, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
Israel telah memblokir pasokan listrik, air dan bahan bakar ke Gaza, dan hanya sedikit makanan dan obat-obatan yang masuk melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir.