TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Cina tahu bahwa pameran kekuatan militer di sekitar Taiwan untuk memaksakan hasil pemilu sesuai keinginan mereka tidak akan berhasil dan Beijing kemungkinan tidak akan mencoba tindakan seperti itu menjelang pemilihan presiden pada Januari, kata menteri luar negeri Taiwan pada Kamis, 28 September 2023.
Cina tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan yang diperintah secara demokratis ke bawah kendalinya, dan memandang pulau itu sebagai salah satu provinsinya.
Pada 1996, Cina melontarkan rudal ke Selat Taiwan untuk mencoba mengintimidasi pemilih di pulau itu agar tidak memilih Lee Teng-hui sebagai presiden, yang dibenci Beijing karena dianggap bersimpati pada kemerdekaan. Hal ini memicu apa yang disebut Krisis Selat Taiwan Ketiga, di mana Angkatan Laut AS melakukan unjuk kekuatan besar-besaran di selat tersebut. Lee memenangkan pemilu dengan telak.
Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden dan parlemen berikutnya pada Januari, dan Wakil Presiden William Lai dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa difavoritkan untuk menjadi pemimpin Taiwan berikutnya, menurut jajak pendapat.
“Pelajaran sejarahnya adalah semakin Cina melakukan intervensi yang kuat dalam pemilu kita, hal ini akan menjadi bumerang, dan saya pikir para pemimpin Cina mengetahui hal tersebut dengan baik,” kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu pada konferensi pers di Taipei.
“Jadi kecil kemungkinannya mereka akan melakukan sesuatu yang besar untuk mengancam Taiwan atau apa pun yang terlihat jelas sehingga rakyat Taiwan memahami bahwa mereka mencoba melakukan intervensi dalam pemilu kita,” tambahnya.
Kantor Urusan Taiwan Cina tidak segera menanggapi permintaan komentar. Mereka sering mengecam Lai karena komentarnya yang mendukung kemerdekaan Taiwan. Lai mengatakan dia tidak berusaha mengubah status quo, dan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing.
Selama tiga tahun terakhir, Cina telah meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan, termasuk mengadakan latihan perang, dan selama sebulan terakhir telah menggelar latihan yang menurut Beijing bertujuan untuk memerangi “kesombongan” pasukan separatis.
Wu mengatakan Cina sedang mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Taiwan, termasuk bagaimana Tentara Pembebasan Rakyat akan menghadapi intervensi AS.
“Jadi skalanya kian meningkat,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara-negara lain di kawasan ini, termasuk Jepang, Australia, dan Amerika Serikat juga terus mencermati apa yang dilakukan Cina.
Kementerian Pertahanan Taiwan pekan lalu mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengumumkan pihaknya memantau latihan yang berlangsung di provinsi Fujian, Cina, di seberang selat dari pulau itu. Kementerian biasanya hanya mengomentari aktivitas udara dan laut Cina.
Berbicara di Beijing pada Kamis pada konferensi pers rutin, Wu Qian, juru bicara kementerian pertahanan Cina, mengatakan Taiwan berusaha menunjukkan seberapa akurat informasinya.
“Apakah benar atau tidak, kita tunggu saja,” ujarnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
REUTERS
Pilihan Editor: Nike Air Jordan Kehilangan Nilai Jual Kembali, Budaya Sepatu Sneaker Berubah?