TEMPO.CO, Jakarta -
TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis independen Cina, Huang Xueqin atau Sophia Huang, nominasi Hadiah Kebebasan Pers RSF 2022, sudah dua tahun ditahan oleh pihak berwenang bersama aktivis buruh Wang Jianbing dengan tuduhan “menghasut subversi kekuasaan negara”.
Dalam laman resmi organisasi Reporters Without Borders RSF, sedang menunggu persidangan di Pusat Penahanan No.1 di Guangzhou, di mana dia dilaporkan mengalami penganiayaan dan kemungkinan penyiksaan.
Pada awal penahanannya, Huang ditempatkan di sel isolasi selama lima bulan tanpa akses terhadap pengacaranya dan menghadapi interogasi berulang kali, seringkali di tengah malam. Berat badannya turun drastis, dilaporkan berhenti menstruasi, dan menderita kekurangan kalsium parah, hipoglikemia, dan tekanan darah rendah.
Rasa sakit di pinggangnya, dilaporkan oleh teman-temannya, diyakini sebagai akibat dari interogasi berkepanjangan di "kursi harimau", sebuah alat penyiksaan terkenal yang digunakan oleh polisi Cina.
Pada tahun 2010-an, Huang Xueqin bekerja sebagai jurnalis untuk media arus utama di Cina, dan meliput isu-isu seperti hak-hak perempuan, korupsi, dan polusi industri. Huang juga pernah ditahan selama tiga bulan pada 2019 dengan tuduhan “menimbulkan pertengkaran dan memprovokasi masalah” karena meliput protes pro-demokrasi di Hong Kong.
Sejak pemimpin Cina Xi Jinping mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, ia telah melakukan perang besar-besaran melawan jurnalisme, seperti terungkap dalam laporan RSF yang diterbitkan pada bulan Desember 2021 Lompatan Jauh ke Belakang Jurnalisme di Tiongkok, yang merinci upaya Beijing untuk mengendalikan informasi dan media di dalam negeri dan di luar perbatasannya.
Cina berada di peringkat 179 dari 180 dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia RSF tahun 2023 dan merupakan negara penyandera jurnalis dan pembela kebebasan pers terbesar di dunia dengan sedikitnya 114 orang ditahan.
Pilihan Editor Ketika Erdogan Merasa Tak Nyaman dengan 'Warna-warni LGBT' di Sidang Umum PBB