TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi utama Korea Selatan memulai mogok makan untuk memprotes kebijakan pemerintah soal keputusan Jepang melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Samudera Pasifik.
Lee Jae-myung, pemimpin Partai Demokrat Korea, menyebutkan berbagai alasan protesnya pada konferensi pers pada Kamis, 31 Agustus 2023, tanpa mengatakan berapa lama aksi mogok makannya akan berlangsung.
Kegagalan untuk menentang pelepasan air di Fukushima bukan satu-satunya alasan utama, tetapi pemerintah juga dianggap tidak mampu mengelola ekonomi. Lee Jae-myung juga memberi perhatian pada polarisasi dan ancaman pada kebebasan pers hingga kurangnya akuntabilitas atas bencana penghancuran massa di Itaewon pada Oktober lalu.
Meskipun tidak jarang para politisi Korea Selatan melakukan mogok makan untuk menarik perhatian terhadap pendirian mereka, jarang sekali pemimpin sebuah partai besar melakukan tindakan yang tegas.
Beralih ke isu Fukushima, Lee menuduh pemerintah menjadi "kaki tangan yang mendukung" Jepang, bukannya menentangnya.
Korea Selatan mengatakan pihaknya tidak mendukung atau setuju dengan tindakan Jepang, tidak seperti Cina yang menentang rencana tersebut. Presiden Yoon Suk Yeol menyebut kritik terhadap pelepasan air radioaktif yang diolah sebagai "orang-orang yang mengklaim bahwa satu tambah satu sama dengan seratus."
Tingkat kepuasan publik terhadap Yoon turun sedikit menjadi 34 persen menurut jajak pendapat Gallup yang dirilis pada Jumat. Kebijakan luar negeri dan masalah air Fukushima disebut-sebut sebagai faktor di balik tingginya peringkat ketidaksetujuan terhadap Yoon.
Pemimpin oposisi Lee mempunyai masalahnya sendiri sejak menjadi ketua partainya setahun lalu, hanya beberapa bulan setelah ia kalah dalam pemilihan presiden.
Setelah didakwa melakukan korupsi awal tahun ini, Lee baru-baru ini didakwa atas tuduhan suap pihak ketiga sehubungan dengan sebuah perusahaan yang dituduh melakukan transfer uang ilegal ke Korea Utara. Lee membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai "fiksi".
REUTERS
Pilihan Editor: Terungkap Video Terakhir Prigozhin, Sebut Soal Menghabisi Dirinya