Kehadiran Jokowi punya keuntungan simbolik
Peneliti Departemen Hubungan Internasional CSIS Andrew Mantong dalam forum yang sama pada Senin, mengatakan, kehadiran Presiden Jokowi di KTT BRICS memiliki keuntungan simbolik, walau belum sampai bergabung dengan kelompok itu.
Andrew memperhatikan narasi yang dibawakan oleh Jokowi soal kepentingan negara-negara bagian Selatan atau Global South di KTT BRICS menunjukkan kepada Amerika Serikat bahwa ada sinyal dari indonesia dan ketidakpuasan apa yang dialami negara saat ini.
“Meskipun belum ada keuntungan konkret. Ini penting memancarkan kita bukan negara yang tanpa alternatif,” kata Andrew, mencatat solidaritas itu perlu mengingat dalam beberapa waktu ke belakang RI punya polemik besar, seperti soal nikel dan kelapa sawit dengan Uni Eropa.
Dampak Positif-Negatif Indonesia bergabung BRICS
Sebelumnya, dengan ditetapkannya keanggotaan Indonesia di aliansi BRICS nantinya akan membawa dampak baik dan buruk bagi Indonesia nantinya. Fitriani, selaku peneliti politik internasional dari International Institute for Strategic Studies atau IISS menyebut bahwa dampak negatif bergabungnya Indonesia ke BRICS, yakni Amerika Serikat akan menganggap Indonesia lebih pro terhadap Rusia dan China, mengingat kedua negara tersebut merupakan rival politik dan ekonomi Amerika Serikat, dan terlebih lagi pembentukan BRICS merupakan upaya untuk meminimalisir dominasi dolar Amerika Serikat terhadap perekonomian dunia.
Sementara itu, terdapat beberapa dampak positif dengan bergabungnya Indonesia dalam aliansi BRICS nantinya, seperti Indonesia akan membangun hubungan diplomatik dengan negara berkembang yang menjadi penyeimbang negara-negara maju.
Selain itu, Indonesia akan menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini secara prinsip menjalankan doktrin kebijakan luar negeri politik bebas aktif yang digagas oleh Mohammad Hatta.
Selain itu, dampak positif lainnya Indonesia akan menyalakan kembali diplomasi dengan negara-negara Asia-Afrika yang merupakan anggota mayoritas aliansi BRICS. Menurut Fitriani, nantinya diplomasi tersebut akan berguna dalam menyiapkan perayaan 70 tahun Konferensi Asia Afrika pada 2025.
Ekspansi anggota BRICS saat polarisasi geopolitik global
Ekspansi keanggotaan BRICS terjadi pada saat kian tajamnya polarisasi geopolitik global. Sebelum enam negara secara resmi diumumkan mendapat undangan sebagai anggota baru, dikabarkan lebih dari 40 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Indonesia.
Sebagian besar dari mereka termotivasi oleh keinginan untuk menyamakan kedudukan global yang selama ini didominasi bias-bias kepentingan negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
DANIEL A. FAJRI | RENO EZA MAHENDRA | LAILI IRA
Pilihan Editor: Fakta-fakta Penembakan Massal di Florida yang Disebut sebagai Kejahatan Rasial