TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat. Kali ini korbannya adalah tiga orang kulit hitam. Seorang pria kulit putih bertopeng, Ryan Christopher Palmer, 21 tahun, telah menembak mati tiga orang kulit hitam di sebuah toko di Florida, Amerika Serikat bagian selatan.
Pihak berwenang menilai penembakan ini merupakan serangan bermotif rasial. Menurut kantor sheriff di Jacksonville, pria yang berusia 20-an itu, mengenakan pelindung tubuh ketika memasuki outlet Dollar General dengan membawa senapan serbu dan pistol. Dia menembak mati tiga pelanggan kulit hitam – dua pria dan satu wanita. Setelah berselisih dengan polisi, dia menembak dirinya sendiri.
“Penembakan ini bermotif rasial dan dia membenci orang kulit hitam,” kata Sheriff Jacksonville TK Waters pada konferensi pers pada Sabtu, 26 Agustus 2023.
Penyerangan dilakukan sendirian
Waters mengatakan pihak berwenang yakin penyerang bertindak sendirian. Sebelum serangan itu, tersangka telah menulis “beberapa manifesto” untuk media, orang tuanya, dan penegak hukum yang merinci “ideologi kebencian yang menjijikkan”. Waters mengatakan senapan itu memiliki swastika yang digambar tangan.
Sheriff Jacksonville itu menambahkan, tersangka terlihat di perguruan tinggi lokal yang bersejarah bagi Kulit Hitam, Universitas Edward Waters, dengan mengenakan rompi dan masker sebelum pergi ke cabang lokal Dollar General, jaringan diskon dengan toko-toko di seluruh AS. Korban serangan tersebut belum disebutkan namanya.
Penembakan dianggap sebagai kejahatan rasial
Sherri Onks, agen khusus yang bertanggung jawab di kantor FBI Jacksonville, mengatakan pejabat federal telah membuka penyelidikan hak-hak sipil dan akan menganggap insiden tersebut sebagai kejahatan rasial.
“Kejahatan kebencian selalu dan akan selalu menjadi prioritas utama FBI karena kejahatan ini tidak hanya menyerang korban, namun juga dimaksudkan untuk mengancam dan mengintimidasi seluruh komunitas,” kata Onks.
Departemen Kehakiman juga dikabarkan sedang menyelidiki penembakan itu sebagai kejahatan rasial dan “tindakan ekstremisme kekerasan bermotif rasial,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam sebuah pernyataan. Garland mengatakan penembakan itu akan diselidiki sebagai kejahatan rasial.