Krisis Ekonomi
Erdogan, 69, menjadi perdana menteri pada 2003 setelah Partai AK-nya memenangkan pemilu pada akhir 2002 menyusul krisis ekonomi terburuk di Turki sejak 1970-an.
Pada 2014 ia menjadi presiden pertama yang dipilih secara populer di negara itu dan terpilih lagi pada 2018 setelah mendapatkan kekuasaan eksekutif baru untuk kepresidenan dalam referendum tahun 2017.
Pemilu Turki 14 Mei dan putaran kedua 28 Mei sangat penting mengingat pihak oposisi yakin akan menggulingkan Erdogan dan membalikkan banyak kebijakannya, termasuk mengusulkan kenaikan suku bunga yang tajam untuk melawan inflasi, yang mencapai 44% pada bulan April.
Dalam pidato kemenangannya, Erdogan mengatakan inflasi, yang mencapai puncak 24 tahun sebesar 85% tahun lalu sebelum mereda, adalah masalah paling mendesak di Turki.
Analis telah memperingatkan bahwa jika kebijakan saat ini berlanjut, ekonomi akan mengalami gejolak karena cadangan devisa yang menipis, perluasan skema deposito terproteksi yang didukung negara, dan ekspektasi inflasi yang tidak terikat.
Lira telah mengalami serangkaian kejatuhan dalam beberapa tahun terakhir dan mencapai posisi terendah baru sepanjang masa pada hari-hari setelah pemungutan suara.
REUTERS
Pilihan Editor: Indonesia Usulkan Zona Demiliterisasi dan Referendum untuk Konflik Rusia Ukraina