Victory Day Russia, dianggap sebagai alat propaganda Putin dalam invasi Ukraina
Dilansir dari Al Jazeera, Victory Day atau Hari kemenangan adalah hari ketika Rusia merayakan kemenangan Uni Soviet atas Jerman Nazi dalam Perang Dunia II. Hari Kemenangan pertama kali dirayakan pada tahun 1965 di bawah pimpinan Soviet Leonid Brezhnev, yang merupakan veteran perang itu sendiri.
Perayaan ini juga diadakan di seluruh diaspora Rusia dan di negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, termasuk Ukraina, yang pada tahun 2015 secara simbolis memindahkan tanggal peringatan ke tanggal 8 Mei, saat Eropa memperingati hari itu.
Acara ini dianggap oleh beberapa pengamat sebagai alat propaganda bagi pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang menggunakan sejarah untuk invasi Ukraina yang sedang berlangsung. Putin telah beberapa kali menyamakan perang di Ukraina dengan tantangan yang dihadapi oleh Uni Soviet ketika Nazi Jerman menyerbu pada tahun 1941.
"Upaya untuk meredakan agresor menjelang Perang Patriotik Besar ternyata merupakan kesalahan yang sangat mahal bagi rakyat kita," kata Putin pada 24 Februari ketika ia mengumumkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus di Ukraina seperti dilansir dari Euronews.
"Kita tidak akan membuat kesalahan seperti itu untuk kedua kalinya, kita tidak memiliki hak."
Putin menggambarkan perang di Ukraina sebagai pertempuran untuk melindungi penutur bahasa Rusia di sana dari penganiayaan oleh Nazi dan untuk menjaga diri dari apa yang ia sebut ancaman AS terhadap Rusia yang dihadirkan oleh perluasan NATO.
Ukraina dan Barat menolak klaim fasisme sebagai omong kosong dan mengatakan bahwa Putin sedang melakukan perang agresi yang tidak diprovokasi.
Uni Soviet kehilangan 27 juta orang dalam Perang Dunia II, lebih banyak daripada negara lainnya, dan Putin telah memperingatkan dalam beberapa tahun terakhir tentang apa yang dilihat Moskow sebagai upaya di Barat untuk merevisi sejarah perang untuk meremehkan kemenangan Soviet.
“Kemenangan dalam Perang Dunia II menjadi mitos penentu dalam kehidupan Soviet pasca perang, melampaui bahkan Revolusi dalam signifikansinya,” jelas Stephen Norris, profesor sejarah Rusia di University of Miami.
DANIEL A. FAJRI | SITA PLANASARI | NAUFAL RIDHWAN
Pilihan Editor: Setelah Sangkal Lakukan Pemerkosaan, Donald Trump Tolak Bersaksi di Persidangan