Masyarakat Indonesia Kurang Paham Konteks Perang Rusia-Ukraina
Selain banyaknya narasi hoaks seputar perang Rusia-Ukraina, Radityo melihat adanya kecenderungan masyarakat Indonesia yang kurang paham konteks perang Rusia-Ukraina. Di tengah ketidakpastian informasi mengenai masalah ini, timbul kesan luas keberpihakan terhadap Rusia, yang merupakan pihak agresor.
Radityo menilai kondisi itu didorong karena berbagai faktor. Merujuk pada penelitian Lowy Institute, dia mengatakan warga Indonesia lebih mempercayai pemerintah atau pengamat dibanding media.
Radityo berpendapat opini yang dipublikasikan dari pakar dan praktisi hubungan internasional Indonesia adalah salah satu alasan yang mendorong sentimen pro-Rusia di Indonesia. “Sebagian besar pandangan akademisi dan mantan diplomat Indonesia berfokus pada aspek perang yang berkaitan dengan politik negara-negara adidaya,” kata Radityo.
Dia menjelaskan ada anggapan perang di Ukraina merupakan pertempuran NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Rusia. Wacana yang berkembang ini menutup sudut pandang Ukraina.
Menurut Radityo, yang pernah tinggal di Estonia, pengertian umum yang berkembang di pemaknaan masyarakat kerap muncul Uni Soviet adalah Rusia. Estonia adalah pecahan dari Uni Soviet. Dia menyebut banyak orang Indonesia tidak terlalu memahami fakta bahwa negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Ukraina ingin menjauh dari Rusia.
Terminologi soal invasi Rusia ke Ukraina juga menjadi perhatian Radityo. Apa yang terjadi di Ukraina itu merupakan agresi dari Rusia, bukan konflik. Radityo mengatakan, pemahaman seperti latar belakang sejarah dan keadaan sosial Rusia yang dipimpin Vladimir Putin saat ini juga perlu disampaikan secara jelas dan dengan pendekatan populer.
"Karena sudah ada saluran, bisa juga menghubungi langsung orang, atau pakar Ukraina," kata Radityo mencatatkan minimnya pengamat di Indonesia yang punya sudut pandang di pihak terjajah.
DANIEL A. FAJRI | ARTIKA RACHMI FARMITA