TEMPO.CO, Jakarta - Zambia menolak seruan China untuk Bank Dunia dan pemberi pinjaman multilateral lainnya untuk bergabung dengan restrukturisasi utang mereka, Negara Afrika itu memperingatkan bahwa penundaan akan mempersulit perekonomian.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Senin, 13 Februari 2023, Menteri Keuangan Zambia Situmbeko Musokotwane mengatakan bahwa "waktu sangat penting" untuk menyelesaikan restrukturisasi utang luar negeri sekitar $13 miliar atau Rp197 triliun tahun ini dan mengisyaratkan bahwa permintaan China merupakan gangguan dari pembicaraan untuk mengurangi pinjaman.
"Diskusi di tingkat yang lebih tinggi seperti itu hanya memperburuk situasi kami, karena yang kami cari adalah solusi mendesak, bukan diskusi yang dapat memperpanjang masalah," kata laporan itu mengutip Musokotwane.
China membantah memprsulit Zambia.
"China selalu mementingkan masalah utang Zambia," kata Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, dalam konferensi pers rutin di Beijing, Senin. "Di bawah kerangka umum Kelompok 20, China telah memainkan peran konstruktif dalam menangani utang Zambia," katanya.
Zambia menjadi negara Afrika pertama yang gagal bayar di era COVID-19 pada tahun 2020, tetapi restrukturisasi utang luar negerinya hampir $15 miliar dengan kreditor termasuk China dan pemegang Eurobond telah sangat tertunda.
Data pemerintah menunjukkan Zambia berutang kepada kreditur China hampir $6 miliar dari total $17 miliar utang luar negeri pada akhir tahun 2021.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen dan Kelompok Tujuh lainnya semakin frustrasi tentang apa yang mereka lihat sebagai hambatan China dalam bergerak maju untuk penjadwalan ulang utang negara-negara yang mencari bantuan.
China berpendapat bahwa lembaga multilateral juga harus diminta untuk menerima pengurangan utang yang mereka miliki.
Pilihan editor
REUTERS