TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi dari perwakilan sipil dan pejabat Ukraina telah menyelesaikan lawatan satu pekannya ke Indonesia untuk menyampaikan pesan damai.
Utusan yang terdiri dari Direktur Departemen Kerja Sama Internasional Kamar Dagang dan Industri Ukraina (UCCI) Anna Liubyma, Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina Alim Aliev, Pakar dari Pusat Komunikasi Strategis (CSC) Liubov Tsybulska, dan profesor politik komparatif Olexiy Haran -- melakukan lebih dari 30 pertemuan selama seminggu ini. Itu termasuk dengan beberapa anggota DPR RI, think-tank, dan kelompok muslim.
"Kami menggunakan semua saluran, instrumen dan platform yang memungkinkan untuk menyampaikan pesan yang sangat penting kepada dunia. Bukan hanya indonesia, tapi ke seluruh dunia," kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin ditemui wartawan usai membahas pertemuan delegasi di Jakarta, Jumat, 10 Februari 2023.
"Misi delegasi, tidak berbeda, untuk mempresentasikan visi kami bagaimana kami dapat mengembalikan perdamaian," ujarnya menambahkan.
Perang Rusia Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022. Akhir bulan ini akan menandai satu tahun agresi Rusia ke Ukraina. Dua negara itu sama-sama pecahan Uni Soviet.
Baca Juga:
Indonesia tidak secara terang-terangan mengutuk serangan Rusia ke Ukraina, namun beberapa kali menyerukan agar perang dihentikan. Jakarta juga menekankan pentingnya integritas atau kedaulatan negara, termasuk dukungan pada resolusi PBB soal Ukraina tahun lalu.
Presiden RI Joko Widodo langsung terbang ke Moskow dan Ukraina pada Juni tahun lalu untuk apa yang Istana sebut sebagai misi damai. Indonesia meminta perang tidak berpengaruh pada rantai pasok global.
Pertempuran di Ukraina masih berlangsung di wilayah timur. Eskalasi konflik dan ketegangan diplomatik di antara Moskow dan Barat, sebagai pendukung utama Kyiv, tak terhindarkan sebagai dampak serangan ini.
Delegasi Ukraina, melalui keterangan, menyampaikan terima kasih atas sambutan hangat Indonesia. Hamianin mengatakan Ukraina juga berterima kasih atas dukungan Indonesia dalam resolusi PBB, peran diplomatik saat keketuaan G20, hingga lawatan simbolik Jokowi ke Kyiv.
"Sebagai orang yang mencintai demokrasi dan tidak menerima imperialisme dan kolonialisme, apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan agresi ini? Untuk memulihkan perdamaian, dan yang penting di sini, untuk mencegah hal ini terjadi di masa depan," kata Hamianin.
Menurut Hamianin, di masa mendatang Indonesia secara praktis bisa mendukung 10 butir formula damai yang diajukan oleh Presiden Volodymyr Zelensky. Proposal itu termasuk keamanan nuklir dan radiasi sampai ditariknya seluruh pasukan Rusia dari tanah Ukraina.
Pilihan editor: Rusia Gempur Infrastruktur Sipil Ukraina, Putin Ingin Segera Menang Perang?
DANIEL A. FAJRI