TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara melaporkan tidak ada kasus COVID-19 baru pada Sabtu 30 Juli 2022. Seperti dilansir France24, ini pertama kali Pyongyang tidak memiliki tambahan kasus sejak pengakuannya tentang wabah COVID-19 pada pertengahan Mei.
"Tidak ada pasien demam baru yang dilaporkan selama 24 jam sejak Kamis malam,” kata Kantor berita resmi pemerintah Korea Utara KCNA. Media pemerintah mengatakan, 204 pasien demam sedang dalam perawatan hingga Jumat lalu.
Pada awal bulan ini, Pyongyang mengklaim dapat meredakan krisis virus korona pertama yang diumumkan secara publik. KCNA mengatakan, 99,99 persen dari 4,77 juta pasien demam sejak akhir April telah pulih sepenuhnya. Namun, karena kurangnya pengujian, mereka belum merilis angka orang yang dites positif terkena COVID-19.
Para ahli penyakit menular meragukan klaim kemajuan Korea Utara. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu meyakini situasinya justru semakin buruk, bukan lebih baik, di tengah tidak adanya data independen. Korea Utara juga belum memvaksinasi satu pun dari sekitar 25 juta penduduknya, setelah menolak vaksin yang ditawarkan oleh WHO.
Laporan terbaru Korea Utara tentang jumlah kematian di antara pasien demam mencapai 74 orang pada 5 Juli. Shin Young-jeon, profesor di sekolah kedokteran Hanyang University di Seoul, mengatakan angka kematian yang rendah seperti itu hampir mustahil.
"Ini bisa disebabkan oleh kombinasi dari kurangnya kapasitas pengujian, masalah penghitungan mengingat fakta bahwa orang tua memiliki peluang lebih tinggi untuk meninggal akibat COVID-19 sebagian besar dari rumah, dan alasan politik bahwa kepemimpinan tidak ingin mempublikasikan jumlah kematian yang besar," tulisnya seperti dilansir Reuters.
Shin mengatakan, mungkin ada hingga 50.000 kematian. Perkiraan ini mengingat jumlah kasus demam, tingkat kematian umum yang dilaporkan di tempat lain, dan kemungkinan kasus yang tidak dilaporkan.
Terlepas dari klaim nol kasus baru, Korea Utara kemungkinan akan mempertahankan pengawasan sosial yang ketat. Aturan ini telah diberlakukan sebagian dengan menggunakan pandemi sebagai dalih selama sistem pencegahan epidemi darurat maksimum ada.
Korea Utara menyalahkan wabah COVID-19 pada hal-hal asing di dekat perbatasannya dengan Korea Selatan. Pemerintah mendesak rakyatnya untuk menghindari apa pun yang datang dari luar.
"Karena media pemerintah juga telah berbicara tentang varian, apakah atau kapan mereka akan melonggarkan aturan virus dan mencabut penguncian perbatasan masih harus dilihat,” kata pejabat di kementerian Unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea.
Kemungkinan deklarasi kemenangan Pyongyang melawan COVID-19 dapat menjadi awal untuk memulihkan perdagangan yang telah lama terhambat oleh pandemi. Volume perdagangan anjlok 17,3 persen menjadi US$710 juta tahun lalu di tengah penutupan perbatasan yang ketat.
Korea Utara untuk sementara memulai kembali operasi kereta barang dengan Cina awal tahun ini. Namun, menangguhkannya lagi pada April karena meningkatnya kekhawatiran akan penyebaran COVID-19.
Baca juga: Masih Hadapi COVID-19, Korea Utara Dilanda Wabah Lain
SUMBER: FRANCE24