Kisah hidup Bhumibol disebut sebagai salah satu yang luar biasa. Ia lahir di Rumah Sakit Mount Auburn di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, dari pasangan Pangeran Mahidol Adulyadej dan Sangwal. Sang ibu berasal dari kalangan rakyat jelata.
Sejumlah warga menunggu saat menghadiri acara kremasi Raja Bhumibol Adulyadej di dekat Grand Palace, Bangkok, Thailand, 26 Oktober 2017. Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi. REUTERS/Damir Sagolj
Ia tidak berada dalam daftar pewaris takhta. Namun insiden pada 1932 mengubah nasibnya. Revolusi tak berdarah kala itu mentransformasikan Thailand dari sebuah negara penganut monarki absolut menjadi monarki konstitusi.
Pertumbuhan kekuatan militer ketika itu menyebabkan turun takhtanya Raja Rama VII. Ia digantikan oleh kakak Bhumibol, Ananda.
Pada masa itu, sang ayah, Pangeran Mahidol telah berpulang. Sementara keluarganya memilih pindah ke Lausanne, Swiss. Bhumibol menghabiskan masa mudanya bersama sang ibu dan saudara-saudaranya di Lake Geneva.
Ia diketahui mempelajari sastra Prancis, Jerman dan Latin dan mengejar gelar sarjana di Lausanne University. Sosok Bhumibol senang dengan olahraga ski, berlayar, dan musik jazz.
Tak hanya sebatas itu kegemarannya pada dunia musik, sang raja pun diketahui dapat memainkan sejumlah alat musik seperti piano, saxophone, clarinet, dan trumpet. Bakat musiknya khususnya ketertarikan pada jazz membuat ia pernah beraksi sepanggung dengan musisi jazz besar seperti Benny Goodman, Lionel Hampton dan Benny Carter.
Menyusul akhir Perang Dunia II, keluarga Bhumibol melakukan kunjungan singkat ke Thailand. Sesaat sebelum ia kembali untuk menyelesaikan pendidikannya di Lausanne, Raja Ananda wafat karena ditembak.
Kematian sang kakak membuatnya menjadi pewaris takhta 'dadakan' pada 1946. Ia disebut-sebut belum siap mengemban tugas baru.
Berikutnya: Sang raja muda sempat kembali ke Eropa...