TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Finlandia Sauli Niinisto bahwa membuang netralitas dan bergabung dengan NATO merupakan kesalahan yang dapat merusak hubungan antara kedua negara.
Kedua pemimpin negara bertetangga itu berbicara melalui telepon dua hari setelah Finlandia menyatakan niatnya untuk bergabung dengan aliansi Barat, Sabtu, 14 Mei 2022.
Baca Juga:
Moskow telah menggambarkan langkah Finlandia itu sebagai ancaman keamanan yang mengharuskannya untuk merespons, tetapi belum menentukan langkah.
Kantor Niinisto mengatakan dia memberi tahu Putin "betapa fundamental tuntutan Rusia pada akhir 2021 yang bertujuan untuk mencegah negara-negara bergabung dengan NATO dan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 telah mengubah lingkungan keamanan Finlandia".
Dia mengatakan Finlandia ingin menangani hubungan dengan Rusia dengan "cara yang benar dan profesional".
"Vladimir Putin menekankan bahwa mengabaikan kebijakan tradisional netralitas militer akan menjadi kesalahan, karena tidak ada ancaman terhadap keamanan Finlandia. Perubahan seperti itu dalam kebijakan luar negeri negara dapat berdampak negatif pada hubungan Rusia-Finlandia," demikian pernyataan resmi Kremlin.
Moskow menggambarkan pembicaraan itu sebagai "pertukaran pandangan yang jujur", biasanya eufemisme diplomatik untuk percakapan yang sulit.
"Pembicaraan itu langsung dan lugas dan dilakukan tanpa kejengkelan. Menghindari ketegangan dianggap penting," kata Niinisto.
Pengajuan keanggotaan NATO oleh Finlandia diperkirakan akan diikuti Swedia, menghadapkan Putin dengan apa yang dia katakan ingin dia hindari ketika meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, yaitu perluasan lebih lanjut NATO ke perbatasan Rusia.
Reuters