TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina pada Jumat, 29 April 2022 berharap dapat mengevakuasi warga sipil yang bersembunyi bersama sejumlah tentara Ukraina di pabrik baja Azovstal, yang terletak di selatan Kota Mariupol. Tentara Ukraina dan warga yang bertahan di situ menjadi kelompok terakhir yang mempertahankan kota Mariupol dari gempuran Rusia.
"Sebuah operasi rencananya (dilakukan) hari ini untuk mengeluarkan warga sipil dari pabrik," kata kantor Presiden Volodymyr Zelensky tanpa memberi keterangan lebih detail.
Kepresidenan Ukraina belum memberikan komentar perihal ini.
Sebelumnya pada Kamis, 28 April 2022, setelah bertemu Zelensky di Ibu Kota Kyiv, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, diskusi intensif sedang berlangsung untuk memungkinkan evakuasi mereka yang berlindung di pabrik baja Azovstal, yang telah menjadi sasaran tentara Rusia yang menduduki Mariupol.
"Kami bergantung pada niat baik semua pihak dan kami menghadapi ini bersama-sama," kata Koordinator Krisis PBB Amin Awad kepada Reuters pada Jumat pagi, 29 April 2022.
Anak-anak berdiri di samping tentara Ukraina saat mereka berlindung, di sebuah bunker yang dikatakan oleh Batalyon Azov Ukraina berada di pabrik baja Azovstal di Mariupol, Ukraina, 23 April 2022. Pabrik ini hancur setelah mendapatkan serangan bertubi-tubi Rusia untuk mengusai kota Mariupol. Batalyon Azov/ Selebaran melalui REUTERS
Guterres pada Selasa, 26 April 2022 juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin itu membahas evakuasi warga sipil di Mariupol.
Putin pada prinsipnya menyatakan setuju dengan PBB dan Komite Internasional untuk keterlibatan Palang Merah dalam mengevakuasi mereka yang berlindung di pabrik Azovstal.
Dewan kota Mariupol mengatakan ada sekitar 100 ribu warga di kota Mariupol dalam bahaya maut karena penembakan Rusia. Kondisi kota sendiri, saat ini sudah sangat memprihatinkan karena kekurangan air minum dan makanan.
Rusia mengklaim kemenangan di Mariupol minggu lalu, tetapi ratusan pasukan Ukraina tetap berada di kompleks industri besar pabrik baja Azovstal. Warga sipil juga berlindung di lokasi tersebut.
Ukraina memperkirakan puluhan ribu warga sipil tewas di Mariupol. Beberapa di antaranya telah dimakamkan dalam kuburan massal, yang dipindahkan dari jalan-jalan oleh pasukan Rusia menggunakan truk kremasi untuk membakar mayat.
PBB dan Palang Merah mengatakan jumlah korban sipil yang tewas masih belum diketahui, namun diperkirakan sudah mencapai ribuan orang.
Kesepakatan sebelumnya untuk membuat koridor kemanusiaan bagi warga sipil agar bisa meninggalkan Mariupol pada 5 Maret lalu, gagal. Sejak itu, upaya berulang kali untuk menciptakan koridor yang aman terus-menerus gagal. Rusia dan Ukraina saling menyalahkan karena hal ini.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jokowi Minta Situasi di Ukraina Diselesaikan lewat Upaya Damai
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.