Setelah pemilihan terakhir pada 2018, Guterres menolak untuk mengangkat beberapa menteri dari Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Timur (CNRT), sebuah partai politik yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Xanana Gusmao.
Langkah itu menyebabkan kebuntuan politik yang sedang berlangsung.
Ramos-Horta, yang didukung oleh partai CNRT pimpinan Xanana, mengatakan awal pekan ini dia mencalonkan diri karena dia merasa presiden saat ini telah "melebihi kekuasaannya".
Dalam sistem politik Timor Lorosa'e, presiden menunjuk sebuah pemerintahan dan memiliki kekuasaan untuk memveto menteri atau membubarkan parlemen.
Selama debat pemilu baru-baru ini, Guterres berjanji untuk memastikan perdamaian dan stabilitas, membela kedaulatan Timor Timur dan mengikuti konstitusi jika ia memenangkan masa jabatan baru.
Sangat bergantung pada pasokan minyak dan gas yang semakin menipis, diversifikasi ekonomi dan peran pemilih muda juga menjadi isu utama pemilihan, dengan perkiraan 20 persen pemilih mencapai usia pemilih 17 tahun dan memberikan suara mereka untuk pertama kalinya.
Sebanyak 860 ribu warga berhak mengikuti pemilihan ini.
Pemilih pertama kali Marco de Jesus, 17, mengatakan dia merasa gugup tetapi santai setelah bantuan dari staf pemungutan suara.
"Saya merasa bangga telah menjalankan fungsi saya sebagai pemilih," katanya, berbicara di luar sebuah tempat pemungutan suara di tepi pantai Dili.“Saya berharap pilihan saya dapat membawa perubahan positif dan bermanfaat bagi Timor Leste.”
Baca juga: Besok Pemilu Timor Leste, Petahana Guterres Ditantang Ramos-Horta
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.