TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat pro-Beijing meraih kemenangan dalam pemilihan legislatif khusus "patriot" di Hong Kong yang hanya diikuti 30,2 persen pemilik hak suara di tengah tindakan keras terhadap kebebasan kota oleh Cina.
Jumlah pemilih dalam Pemilu Hong Kong yang digelar Minggu, 19 Desember 2021 ini, hampir setengah dari pemilihan legislatif sebelumnya pada tahun 2016.
Dalam pemilihan kali ini, hampir semua kursi diambil oleh kandidat pro-Beijing dan pro-kemapanan. Beberapa kandidat ini bersorak di atas panggung di pusat penghitungan suara dan meneriakkan "jaminan menang".
Starry Lee, ketua partai Aliansi Demokratik untuk Perbaikan dan Kemajuan Hong Kong (DAB) yang pro-Beijing, menepis kritik bahwa partainya tidak memiliki mandat publik, dan menekankan perubahan pemilihan untuk memastikan hanya "patriot" yang mengelola kota akan meningkatkan tata kelola.
"Saya tidak percaya ini (jumlah pemilih yang rendah) secara langsung terkait dengan warga yang tidak setuju dengan sistem pemilihan ini. Saya percaya perlu waktu bagi orang untuk beradaptasi dengan sistem ini," katanya kepada wartawan di pusat penghitungan suara.
Sebagian besar dari selusin kandidat yang menyebut diri mereka moderat, termasuk mantan anggota parlemen demokratis Frederick Fung, gagal mendapatkan kursi, menyerah pada saingan pro-Beijing.
"Saya hanya mengatakan bahwa situasi saat ini, tidak mudah untuk mendorong orang. Saya pikir mereka merasa acuh tak acuh dengan situasi saat ini," katanya kepada Reuters.
Rekor terendah sebelumnya untuk pemilihan legislatif yang diadakan setelah kembalinya kota itu dari Inggris ke pemerintahan Cina adalah 43,6 persen pada tahun 2000. Hasil untuk beberapa kursi masih menunggu keputusan.
Pemilihan - di mana hanya kandidat yang diseleksi oleh pemerintah sebagai "patriot" yang dapat mencalonkan diri - telah dikritik oleh beberapa aktivis, pemerintah asing dan kelompok hak asasi sebagai regresif, sementara partai-partai pro-demokrasi arus utama tidak berpartisipasi.
Jumlah pemilih adalah masalah sentral, karena para pengamat menganggapnya sebagai barometer legitimasi dalam pemilihan di mana kandidat pro-demokrasi sebagian besar tidak hadir, dan tindakan keras di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan Cina telah memenjarakan sejumlah demokrat yang awalnya ingin mencalonkan diri, dan memaksa orang lain ke pengasingan.
Di bawah perombakan elektoral, proporsi kursi yang dipilih secara langsung dikurangi dari sekitar setengah menjadi kurang dari seperempat, atau 20 kursi.
Empat puluh kursi dipilih oleh komite yang terdiri dari para loyalis Beijing, sementara 30 sisanya diisi oleh sektor profesional dan bisnis seperti keuangan dan teknik, yang dikenal sebagai konstituen fungsional.
Para pengamat mengatakan jumlah pemilih yang rendah dapat merusak legitimasi legislatif baru. Namun pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan bahwa 1,3 juta atau lebih surat suara yang diberikan adalah "menunjukkan dukungan untuk sistem pemilihan yang lebih baik."
REUTERS