TEMPO.CO, Jakarta - Eric Adams memenangkan pemilihan wali kota New York City, Selasa. Ia berjanji meningkatkan keselamatan publik dan memberikan dukungan kepada penduduk kelas pekerja, memanfaatkan pengalamannya sebagai kapten polisi dan sebagai orang kulit hitam yang mengalami kebrutalan polisi saat masih remaja.
Adams, anggota Partai Demokrat yang menjadi ketua wilayah Brooklyn sejak 2014, akan menjadi wali kota kulit hitam kedua di kota itu setelah dengan mudah mengalahkan Curtis Sliwa dari Partai Republik, pendiri patroli sipil Guardian Angels.
Adams, 61 tahun, akan dilantik pada Januari menggantikan Bill de Blasio dari Demokrat, yang masa jabatannya berakhir setelah memimpin New York delapan tahun.
Adams akan menghadapi tugas mengawasi pemulihan kota terbesar di AS dari pandemi virus corona, ketimpangan sosial, kurangnya perumahan terjangkau, dan minimnya sekolah umum.
Dia sebelumnya sudah diperkirakan akan menang dengan mudah di kota yang sangat demokratis.
“Kita sangat terpecah sekarang, dan kita kehilangan keindahan keragaman kita,” kata Adams kepada para pendukungnya pada Selasa malam, seperti dilaporkan Reuters, Rabu, 3 November 2021.
"Hari ini kita melepas jersey masing-masing dan kita mengenakan satu kaus, Tim New York."
Menggambarkan dirinya sebagai "kerah biru" New Yorker, dia mengatakan Demokrat kelas pekerja telah diabaikan oleh sayap partai yang lebih liberal.
Mungkin tidak ada masalah yang lebih menggairahkan Demokrat dalam setahun terakhir selain kepolisian, setelah tewasnya George Floyd, seorang pria kulit hitam, di Minneapolis memicu demonstrasi berbulan-bulan di seluruh negeri.
Tetapi lonjakan kejahatan telah mendorong kandidat walikota di seluruh negeri untuk menyerukan lebih banyak investasi dalam kepolisian, karena keselamatan publik telah naik ke puncak daftar kekhawatiran banyak pemilih.
Adams berpendapat kota itu tidak dapat membuat pemulihan ekonomi penuh tanpa mengatasi kejahatan dan kekerasan. Dia secara blak-blakan menolak gerakan "menggunduli polisi" sebagai produk aktivis sayap kiri.
Adams mengaku pernah dipukuli oleh petugas polisi saat remaja. Saat menjadi anggota Departemen Kepolisian Kota New York, Adams mengembangkan reputasi sebagai aktivis setelah ikut mendirikan 100 Blacks in Law Enforcement Who Care, sebuah kelompok advokasi yang menentang kebrutalan polisi.
Adams, yang mendapatkan dukungan utama serikat pekerja, dipandang ramah pekerja. Dia juga mengatakan dia akan bekerja untuk menghubungkan lebih banyak penduduk berpenghasilan rendah dengan layanan kota yang memenuhi syarat untuk mereka tetapi tidak menggunakannya.
Adams, yang telah mengakui mengawasi Balai Kota selama beberapa dekade, sempat dinilai sebagai oportunistis. Dia beralih ke Partai Republik selama beberapa tahun sebelum berhasil mencalonkan diri sebagai Senat negara bagian dari Demokrat. Namun dia menggambarkan dirinya sebagai progresif dan moderat.