TEMPO.CO, Jakarta - Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendapat tekanan untuk bertindak cepat menanggapi laporan skandal pelecehan seksual yang telah mencoreng WHO dan lembaga-lembaga amal lainnya di Republik Demokratik Kongo.
Sebelumnya pada Selasa, 28 September 2021, sebuah komisi independen merilisi laporan ada lebih dari 80 tenaga relawan terlibat dalam tindak kejahatan pelecehan dan eksploitasi seksual selama penanganan wabah Ebola di wilayah timur Kongo. Dari 80 tenaga relawan yang terlibat itu, satu pertiga adalah pegawai WHO.
Petugas kesehatan membersihkan ruangan pasien yang terkena virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. Sejauh ini, wabah ebola telah menginfeksi 471 orang di Kongo. REUTERS/Goran Tomasevic
Upaya pembuktian sudah dilakukan oleh Ghebreyesus. Laporan investigasi yang dilakukan oleh Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian pada tahun lalu menemukan ada lebih dari 50 perempuan yang bekerja untuk lembaga amal dan WHO, di minta untuk memberikan layanan seksual sebagai imbalan lowongan pekerjaan yang diberikan pada mereka. Kejadian ini terjadi pada periode 2018 – 2020.
“Kami berharap ada komitmen penuh dari WHO untuk mencegah dan menindak-lanjuti tindakan-tindakan semacam ini, termasuk melakukan reformasi mendasar di tubuh WHO,” demikian keterangan sebuah misi Amerika Serikat di PBB atas nama Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Norwegia dan Uni Eropa.
Negara-negara menyuarakan dukungan untuk WHO agar segera bertindak dengan mengakhiri kontrak kerja dengan orang-orang yang diduga pelaku pelecehan seksual tersebut dan masih berstatus pegawai. Mereka yang berstatus dalam penyelidikan, juga diminta agar dicutikan, selama investigasi berlangsung.
“Kami mendesak WHO agar segera melakukan evaluasi yang menyeluruh dan detail terhadap kebijakan lembaga, operasional, budaya kepemimpinan dan kondisi WHO sehingga kejadian seperti ini terjadi, termasuk kasus-kasus yang tidak dilaporkan ke WHO dan negara anggota,” demikian pernyataan bersama misi Amerika Serikat di PBB atas nama Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Norwegia dan Uni Eropa.
Baca juga: WHO Siapkan Nama-Nama Zodiak Jika Covid-19 Terus Bermutasi
Sumber: Reuters