TEMPO.CO, Jakarta - Martine Moise tak bisa melupakan peristiwa malam berdarah yang merenggut nyawa suaminya, Jovenel Moise pada Rabu pekan lalu. Presiden Haiti berusia 53 tahun itu tewas diberondong 12 tembakan di sekujur tubuhnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Moise disiksa. Tangan dan kakinya patah, matanya dicungkil.
Martine Moise mengatakan serangan itu terjadi begitu cepat, sehingga suaminya tidak dapat mengatakan sepatah kata pun.
Presiden Jovenel Moise dibunuh pada 7 Juli 2021. Pelakunya diduga 28 tentara bayaran asing. Sebanyak 23 orang telah ditangkap dan lima lainnya masih buron.
Nyonya Moise juga terluka dalam serangan itu. Ia diterbangkan ke Miami untuk menjalani perawatan.
Polisi menyatakan telah membekuk tiga tersangka lain yang merupakan warga negara Amerika Serikat keturunan Haiti. Mereka adalah Joseph Vincent, 55, James Solages, 35 serta Christian Emmanuel Sanon.
Seorang sumber Reuters menyatakan salah satu pria Haiti-Amerika yang ditangkap adalah informan Drug Enforcement Administration (DEA), Amerika Serikat. Namun sumber tersebut menolak mengatakan siapa di antara ketiga pria itu yang menjadi informan. "Salah satu tersangka dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise adalah sumber rahasia DEA," kata pejabat DEA tersebut.