TEMPO.CO, Jakarta - Junta Myanmar dikabarkan memberlakukan darurat militer di salah satu kota negara bagian Chin. Hal itu mereka lakukan usai kelompok bersenjata menyerang kantor polisi serta bank lokal.
Menurut laporan kantor berita Reuters, serangan ke kantor polisi dan bank itu terjadi di kota Mindat pada hari Rabu dan Kamis kemarin. Serangan ke kantor polisi dilakukan oleh 100 orang sementara serangan ke Bank Ekonomi Myanmar dilakukan 50 orang. Adapun para pelaku menggunakan senjata rakitan menurut kantor berita milik pemerintah.
"Serangan berhasil ditangkal tanpa adanya korban jatuh," klaim Junta Myanmar, Jumat, 14 Maret 2021.
Kelompok etnis bersenjata yang mengklaim sebagai dalang serangan terkait, Chiland Defene Force (CDF), menolak dianggap sepenuhnya bertanggung jawab atas daruat militer di Mindat. Juru bicara CDF berkata, serangan mereka lakukan karena Militer Myanmar ingkar janji soal pelepasan tujuh tahanan politik dari demonstrasi di Mindat akhir-akhir ini.
Karena merasa tidak bertanggung jawab, CDF merasa darurat militer yang diterapkan Junta Myanmar tidak berlaku.
"Junta tidak bisa lagi mengusai kota ini kecuali di daerah-daerah di mana mereka memiliki pangkalan. Mereka tidak punya kontrol atas daerah pedalaman," ujar pernyataan CDF. CDF menambahkan, serangan akan tetap berlanjut.
Dokumen penerapan darurat militer pertama kali terungkap dari media milik pemerintah Myanmar, Global New Light. Adapun berita itu rilis seiring dengan memanasnya pertempuran antara Militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata di titik-titik perbatasan. Mindat sendiri, di mana serangan ke bank dan kantor polisi terjadi, berbatasan dengan India.
Mayor Hein Thaw Oo melatih rekrutan di wilayah perbatasan yang dikendalikan pemberontak Myanmar.[Supplied/Myanmar Now]
Selain bertempur dengan junta, kelompok etnis bersenjata Myanmar juga menggelar latihan militer untuk warga-warga sipil yang ingin ikut bertempur. Pemerintah bayangan, National Unity Government (NUG), menyebut para rekrutan baru itu sebagai People's Defence Force. Pada Rabu kemarin, 39 orang yang terlibat dalam latihan militer itu ditangkap oleh Militer Myanmar.
Adapaun krisis Myanmar dipicu kudeta pada 1 Februari lalu. Militer Myanmar, yang kalah pada pemilu tahun lalu, menuduh pemerintahan sipil menang secara tidak sah. Oleh karenanya, menurut mereka, pemerintahan yang sempat dipimpin Presiden Wyin Mint dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi itu patut digulingkan.
Sepanjang krisis, ratusan warga yang mencoba melawan kuasa pemerintahan (junta) Militer Myanmar dibunuh atau ditangkap. Menurut Asoasiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, yang dianggap junta tidak sah, total ada 783 orang tewas dan 3.859 ditangkap sejak kudeta dilakukan.
Baca juga: 39 Warga Myanmar Ditangkap Junta Karena Pembakaran dan Latihan Milter
ISTMAN MP | REUTERS