TEMPO.CO, Washington – Jenderal senior Amerika Serikat untuk Timur Tengah dan Afganistan mengatakan laporan intelijen mengenai militer Rusia menawarkan hadiah kepada militan Taliban untuk membunuh pasukan Amerika di Afghanistan "sangat mengkhawatirkan".
Namun Jenderal Frank McKenzie mengaku tidak yakin informasi itu bisa menjadi bukti di pengadilan.
"Informasi intelijennya tidak terbukti bagi saya. Tapi itu cukup untuk membuat saya merasa khawatir. Itu tidak cukup kuat bagi saya untuk dibawa ke pengadilan. Ini sering terjadi dalam perang intelijen," kata McKenzie seperti dilansir CNN pada Rabu, 8 Juli 2020.
Ini merupakan komentar pertama dari pejabat Pentagon soal adanya laporan intelijen soal upaya intelijen militer Rusia untuk membayar Taliban agar mau membunuh pasukan AS.
Komentar jenderal itu datang ketika Presiden Donald Trump terus meragukan laporan intelijen dengan mengatakan laporan ini sebagai tipuan.
Trump mencuit pada Juni bahwa,"tidak banyak serangan" terhadap pasukan AS oleh milisi Taliban sebagai bukti bahwa laporan intelijen itu kemungkinan "palsu."
Sebelumnya menurut pejabat intelijen Eropa kepada CNN pada Juni bahwa petugas intelijen militer Rusia dari GRU menawarkan uang kepada gerilyawan Taliban di Afghanistan sebagai hadiah jika mereka mau membunuh pasukan AS atau Inggris di sana.
Namun pejabat intelijen Eropa itu tidak menjelaskan soal motivasi Rusia melakukan itu. Dia hanya mengatakan insentif itu menimbulkan jatuh korban pada pasukan koalisi.
Pejabat itu tidak merinci tanggal korban, jumlah atau kebangsaan mereka, atau apakah ini korban jiwa atau cedera.
McKenzie mengingatkan bangsa AS agar "harus selalu ingat, Rusia bukan teman kita. Mereka bukan teman kita. Dan mereka bukan teman kita di Afghanistan. Dan mereka tidak berharap kita baik-baik saja."
ADITYO NUGROHO