TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump marah kepada Ketua DPR Nancy Pelosi dalam pertemuan dengan perwakilan Kongres dari masing-masing bipartisan di Gedung Putih Rabu kemarin.
Menurut Ketua DPR, Nancy Pelosi dari Demokrat, Presiden Trump menyebutnya politisi kelas tiga selama pertemuan Trump dengan Kongres dari kedua partai terkait situasi Suriah. Ketua Senat minoritas Demokrat, Chuch Schmer, dan Gedung Putih mengkonfirmasi Trump menyebut Pelosi politisi kelas tiga.
Ketika pembicaraan semakin sengit, Pelosi memberi tahu Trump bahwa "semua jalan yang Anda lewati mengarah ke Vladimir V. Putin, menurut laporan New York Times, 16 Oktober 2019.
Pertemuan berlangsung sekitar 20 menit, dan ini merupakan pertemuan keduanya yang pertama sejak Demokrat memulai penyelidikan pemakzulan terhadap Trump. Menurut ingatan beberapa pejabat Demokrat yang berbagi rincian pertemuan, ini adalah pertemuan terburuk di tengah perselisihan Trump dan Pelosi. Gedung Putih tidak membantah kesaksian mereka.
Trump memulai pertemuan di Ruang Kabinet dengan menjelaskan bahwa ia tidak ingin berada di sana.
"Mereka mengatakan Anda menginginkan pertemuan ini," kata Trump kepada para pemimpin kongres. "Saya tidak ingin pertemuan ini, tapi aku melakukannya."
Beberapa anggota parlemen menjawab bahwa Gedung Putih telah menghubungi mereka dalam upaya untuk memberikan pengarahan tentang kebijakan pemerintah Suriah.
Foto Ketua DPR Nancy Pelosi saat pertemuan perwakilan Kongres dengan Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu, 16 Oktober 2019, yang diunggah Trump ke Twitter.[Twitter@realDonaldTrump]
Trump kemudian memulai pidatonya tentang surat "menjijikan" yang telah ia kirimkan kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan dari Turki, yang menurutnya adalah bukti bahwa ia tidak memberi lampu hijau kepada pemimpin Turki untuk memajukan pasukan Turki ke Suriah. Trump kemudian mengarahkan anggota DPR Kevin McCarthy dari California, pemimpin minoritas Partai Republik, untuk memberikan salinan surat itu di meja.
Surat kepada Tuan Erdogan, yang dimulai dengan kalimat "Mari kita bekerja sama lebih keras!" Bertanggal 9 Oktober, atau tiga hari setelah kedua pemimpin membahas kepergian pasukan Amerika dari daerah itu.
Tidak lama kemudian, Pelosi mengatakan kepada presiden bahwa DPR telah meloloskan resolusi bipartisan dengan dukungan Republik yang sangat besar yang mengutuk persetujuannya terhadap serangan Turki terhadap Kurdi, yang telah menjadi sekutu penting Amerika dalam perang melawan ISIS.
Giliran Schumer mencoba untuk memohon kepada Trump sebagai sesama warga New York untuk menyadari bahwa ISIS masih menjadi ancaman terorisme. Pada saat Schumer menyebut tentang Jenderal Jim Mattis, yang mundur tahun lalu sebagai menteri pertahanan Trump sebagai protes penarikan pasukan Amerika keluar dari Suriah, Trump mulai merendahkan pendekatan jenderal bintang empat yang sudah pensiun tersebut.
"Mattis adalah jenderal yang paling dibesar-besarkan di dunia," Trump mengatakan kepada hadirin. "Anda tahu mengapa? Dia tidak cukup tangguh. Saya menangkap ISIS. Mattis mengatakan itu akan memakan waktu dua tahun. Saya menangkap mereka dalam satu bulan."