TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat akan menggelar persidangan terhadap lima pelaku dalang teror 9/11 di pengadilan militer pada 11 Januari 2021.
Pada 30 Agustus 2019, New York Times melaporkan agenda sidang setelah mendekati peringatan 20 tahun teror 9/11. Seorang hakim militer pada hari Jumat menetapkan tanggal untuk persidangan hukuman mati di Guantanamo Bay dari lima pria yang dituduh merencanakan serangan 11 September 2001.
Hakim, Kolonel W. Shane Cohen dari Angkatan Udara, menetapkan 11 Januari 2021, untuk dimulainya pemilihan juri militer di Camp Justice, kompleks pengadilan perang di pangkalan Angkatan Laut di Kuba. Ini adalah pertama kalinya seorang hakim dalam kasus ini menetapkan tanggal dimulainya persidangan.
Kasus terhadap Khalid Shaikh Mohammed dan empat orang lainnya, jika dilanjutkan, akan menjadi pengadilan definitif terkait dengan serangan 11 September. Hingga saat ini, hanya tentara milisi Al Qaeda yang telah diadili di Guantanamo, dan banyak dari hukuman mereka telah dibatalkan.
Mohammed dan empat orang lainnya menghadapi hukuman mati dalam kasus konspirasi yang menuduh Mohammed sebagai arsitek dari plot di mana 19 orang membajak empat pesawat penumpang komersial, menabrakan dua pesawat ke menara World Trade Center dan satu ke Pentagon. Pesawat keempat, yang diyakini mengincar Capitol Hill, malah menabrak ladang kebun Pennsylvania. Empat lelaki lainnya disebut membantu para pembajak dengan pelatihan, perjalanan atau keuangan.
Lembar tuduhan mencantumkan nama-nama 2.976 orang yang tewas dalam serangan teror 9/11.
Penundaan persidangan sebagian disebabkan kesulitan yang dimiliki militer dalam melaksanakan penuntutan dalam sistem peradilan yang dibuat sebagai tanggapan terhadap serangan 11 September.
Masih belum jelas apakah persidangan akan benar-benar digelar. Seorang hakim belum memutuskan apakah mempertimbangkan laporan FBI bahwa pengakuan terdakwa dapat diterima karena terdakwa disiksa di penjara CIA. Pengacara pembela mengatakan mereka akan pergi ke pengadilan federal untuk membatalkan persidangan.
Masalah luar biasa lainnya adalah perlunya scan magnetic resonance imaging dari lima terdakwa untuk melihat apakah mereka menderita otak atau kerusakan fisik lainnya akibat penyiksaan. Pengacara pembela mungkin menggunakan MRI untuk membatalkan eksekusi para pria jika mereka dihukum.