TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Mozambik pada Minggu, 24 Maret 2019 waktu setempat, memenuhi gereja-gereja untuk memanjatkan doa bersama menyusul bertambahnya korban tewas dalam sapuan angin topan dan banjir bandang.
"Kami meminta Tuhan untuk melindungi kami supaya musibah ini tidak terjadi lagi," kata Maria Domingas, 60 tahun, warga Mozambik yang selamat dari musibah.
Domingas menceritakan, dia selamat saat pohon tumbang menimpa rumahnya dan air memenuhi kamar tidurnya.
Baca: Korban Badai di Mozambik Bercerita Kengerian yang Dialaminya
Masyarakat Mozambique pada Minggu, 24 Maret 2019 waktu setempat, memenuhi gereja-gereja untuk memanjatkan doa bersama menyusul bertambahnya korban tewas dalam sapuan angin topan dan banjir bandang. Sumber: Reuters UK
Baca: Lebih 1.000 Orang Dikhawatirkan Tewas Akibat Badai di Mozambik
Angin topan Idai menyapu wilayah Beira, Mozambik, sebuah wilayah pelabuhan di negara itu. Angin topan berkekuatan 105 mph berputar-putar di Samudra India sebelum bergerak ke wilayah daratan Zimbabwe dan Malawi. Musibah ini telah meratakan rumah-rumah penduduk dan menewaskan setidaknya total 656 orang di tiga negara.
Dikutip dari reuters.com, Senin, 25 Maret 2019, sumber di pemerintah Mozambik mengatakan kematian akibat bencana alam ini di negara itu sebanyak 446 orang. Sedangkan di Zimbabwe, PBB menyebut jumlah korban tewas masih belum pasti antara 259 dan 154 orang. Di Malawi, 56 orang dilaporkan meninggal akibat topan Idai.
Celso Correia Menteri Lingkungan Hidup dan Pertanahan Mozambik mengatakan angin topan 531 ribu masyarakat di negara itu terdampak musibah angin topan. Dari jumlah itu, 110 ribu orang tinggal di kamp-kamp penampungan. Sejumlah helikopter dan perahu karet penyelamat menyelamatkan sejumlah orang yang terkatung-katung di atap-atap rumah mereka dan pohon.