TEMPO Interaktif, Jakarta:Sehabis Perang Teluk I, pengangguran di AS naik, anggaran kesehatan dan pendidikan terpangkas. Akibatnya ? Bush kalah Pemilu. George Walker Bush tak mau mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh ayahnya, George Bush usai Perang Teluk I tahun 1991. Seusai perang itu, masyarakat Amerika disodori angka-angka ekonomi yang mengecewakan. Pengangguran naik, pertumbuhan ekonomi Amerika menurun dan anggaran dalam negeri dipangkas di sana-sini. Akibatnya dalam pemilihan presiden berikutnya dalam masa jabatan kedua ia dikalahkan Bill Clinton. Sukses menduduki Irak, pemerintahan Presiden Amerika George W. Bush malah mengajukan pengurangan pajak untuk menggairahkan ekonomi dalam negeri. Kemarin (15/4) ia mengatakan bersedia menerima pengurangan hingga 25 persen dari proposal pemotongan pajak yang diajukannya. Tindakan ini sama dengan yang dilakukan Presiden John F. Kenneddy dan Ronald Reagan ketika menangani ancaman-ancaman internasional. Perang, resesi ekonomi, dan serangan 11 September memaksa Amerika kedalam defisit, kata Bush dalam pidato kepada para pemilik bisnis kecil. Dalam pidato di Garden Rose, Bush mengatakan bahwa Kongres harus meloloskan paket kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, senilai 550 miliyar dolar selama 10 tahun mendatang. Jumlah ini senilai tiga per empat dari yang dia minta, namun masih lebih tinggi dari batas jumlah US$ 350 milyar potongan pajak yang diputuskan oleh para pemimpin Senat pekan lalu. Proposal yang saya ajukan tiga bulan silam ditujukan untuk menjawab melambatnya pertumbuhan ekonomi AS sambil mendorong perusahaan-perusahaan untuk tetap merekrut tenaga kerja baru, kata dia. Perlambatan itu masih terjadi hingga hari ini. Bush menarik diri dari proposal pemotongan pajak 10 tahun senilai US$ 726 miliar yang diajukan pada Januari. Pada awalnya ia beralasan bahwa paket ini dapat menciptakan 1,4 juta lapangan kerja pada 2004. Kemarin ia mengatakan bahwa pemerintah menghendaki potongan pajak minimal 550 milyar dolar untuk memastikan laju pertumbuhan ekonomi. Para pembantunya di Gedung Putih mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan usaha untuk mendorong Kongres menyetujui kemungkinan pemotongan pajak lebih besar, sejalan dibukanya debat mengenai hal ini hingga Memorial Day. Senat mengeluarkan resolusi anggaran pekan silam yang berisi kebijakan bahwa pemotongan pajak sebesar 350 milyar dolar. Seorang pembantu pimpinan partai Republik di Senat mengatakan bahwa para penyusun strategi di partai itu tidak mengharapkan paket potongan pajak ini meningkat. Sumber ini mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menolak keputusan senat yang diumumkan oleh Ketua Komite Keuangan Senat Charles E. Grassley. Sementara itu sejumlah pejabat pemerintahan mengatakan bahwa mereka masih berharap Senat akan meloloskan proposal pemotongan pajak lebih besar. Untuk itu, mereka sedang melobi sekitar 10 senator moderat. Masih ada peluang cukup baik untuk memperjuangkan cara memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Dan presiden akan melakukannya, kata juru bicara Gedung Putih Ari Fleischer. Menanggapi hal ini, kubu Demokrat mengatakan bahwa mereka akan terus bekerja sama untuk membahas besaran paket ini dan merestrukturisasinya sehingga berbeda dengan kebijakan Bush yang membatasi penarikan pajak pada dividen saham. Ditanya mengenai kekuatan Bush sebagai pemimpin masa perang, Senator John Breaux mengatakan,Popularitas politik sejauh ini hanya menimbulkan ide yang buruk. Pidato Bush pada hari ke 27 invasi AS ke Irak, merupakan pidato yang pertama mengenai kebijakan ekonomi. Seiring dengan berakhirnya perang, dan mendekatnya waktu pemilihan presiden, para pembantunya mengatakan bahwa Bush akan memperhatikan soal lapangan kerja dalam penampilannya ke publik. (Budi Riza--Tempo News Room/AFP/Washingtonpost)
Berita terkait
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal
1 menit lalu
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal
BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.