Anak Pro-ISIS yang Tewas Pernah Nyantri di Ponpes Ibnu Mas'ud  

Reporter

Editor

Senin, 18 September 2017 07:49 WIB

Hatf Saiful Rasul, anak laki-laki terpidana Syaiful Anam, alias Brekele, memegang sebuah senapan saat ikut menjadi militan ISIS di Suriah. Anak ini meninggal dalam usia 12 tahun pada 1 September 2017. TELEGRAM/REUTERS

TEMPO.CO, Bogor - Pengurus Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnu Mas'ud, di Kampung Jami, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, mengaku Hatf Saiful Rasul, anak usia 12 tahun yang dilaporkan bergabung menjadi militan ISIS dan tewas terkena bom pada 1 September 2016 di Suriah, pernah dititipkan kerabatnya di sana.

Ketua Yayasan Al-Urwatul Wutsqo Ponpes Ibnu Mas’ud, Agus Purwoko, menjelaskankan Hatf sempat dititipkan di ponpes yang dia pimpin. Setelah menjadi santri sekitar empat bulan, Hatf keluar dari ponpes.

“Kalau dia kan sudah keluar dari sini, dia bukan mondok tapi dititipkan disini oleh kerabatnya,” katanya.

Baca: Pengajar dan Siswa Pesantren Ibnu Mas'ud Terlibat Jaringan ISIS

Menurut Agus, Hatf dititipkan dan tinggal di Ponpes Ibnu Mas'ud sekitar tiga hingga empat bulan. Setelah itu, Hatf dijemput kerabatnya dan keluar dari Ponpes.

“Orang tuanya kan dipenjara jadi dia diambil kerabatnya,” ujarnya.

Agus mengaku jika tidak mengetahui latar belakang orang tua Hatf. Dia beralasan pihak ponpes hanya memberikan formulir pendaftaran kepada santri dan tidak mau berurusan dengan latar belakang orang tua mereka.

“Saya tidak mau berurusan dengan hukum dan saya juga tidak ada hubungan dengan latar belakang keluarganya yang berurusan dengan hukum, karena saya berurusan dengan anaknya,” ucapnya.

Baca: Santri Yayasan Ibnu Mas`ud Mulai Meninggalkan Pondok Pesantren

Agus mengatakan ketika dirinya berurusan dengan anak tersebut, pihaknya mengerti apa yang harus dilakukan supaya tidak berbenturan dengan hukum.

“Saya tahu kalau orang seperti saya ini rawan berurusan dengan hukum, sehingga sudah banyak guru dan pengasuh yang dikeluarkan karena bermasalah,” tuturnya.

Stigma masyarakat tentang ponpesnya mengajarkan paham radikal berpuncak pada saat seorang pengasuh dan guru tersebut melakukan pembakaran umbul-umbul.

“Informasi yang muncul di masyarakat adalah pembakaran bendera padahal hanya umbul-umbul,” katanya.

Baca: Penyesalan Para WNI Mantan Pengikut ISIS

Menurut Agus, pelaku pembakaran umbul-umbul merupakan orang yang terganggu jiwanya. Sejak itu, masyarakat menuding Ponpes Ibnu Mas'ud merupakan sarang teroris.

“Dia pun saat itu sudah dibawa ke Polres dan dia mengaku, akan tetapi peristiwa ini dijadikan alasan untuk pembubaran dan pengosongan Ponpes,” ujarnya.

Menurutnya, demonstrasi masyarakat pada 17 September 2017 yang menuntut penutupan ponpes merupakan bentuk kesalahpahaman.

M. SIDIK PERMANA

Berita terkait

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

14 jam lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

3 hari lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

5 hari lalu

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

9 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

10 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

16 hari lalu

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

17 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

20 hari lalu

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

28 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya