Katolik Myanmar Desak Suu Kyi Bersuara tentang Krisis Rohingya

Reporter

Editor

Kamis, 14 September 2017 17:19 WIB

Tumpukan puing-puing rumah warga Rohingya yang telah terbakar di sebuah desa di Maungdaw di utara negara bagian Rakhine di Myanmar, 12 September 2017. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Yangon - Gereja Katolik Myanmar akhirnya mengeluarkan pernyataan merespon krisis kemanusiaan yang terjadi terhadap etnis Rohingya di Rakhine State. Ini sebagai respon terhadap pengungsian ratusan ribu Muslim Rohingya, yang melarikan diri ke Bangladesh dari kekerasan militer Myanmar. Pihak Gereja Katolik dan dunia internasional mengkritik sikap diam pemerintah sipil terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi.


Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Myanmar, Kardinal Charles Maung Bo, mengatakan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi seharusnya berbicara membela warga etnis Rohingnya yang tertindas oleh serangan militer Myanmar.


Baca: Jawaban Jokowi Soal Langkah Indonesia untuk Rohingya


Kardinal Charles Maung Bo, Uskup Agung Katolik Yangon, mengatakan orang-orang di negara bagian Rakhine menghadapi penderitaan yang "luar biasa", diperburuk oleh pengabaian dan perlakuan buruk yang berlangsung selama puluhan tahun dan tidak mendapat penyelesaian cepat.


Baca: Cerita Biksu yang Disebut Teroris Setelah Kasus Rohingya Mencuat


Advertising
Advertising

"Dunia melihat Aung San Suu Kyi dengan lensa yang sama saat memandangnya selama perjuangannya untuk menegakkan demokrasi," kata Bo. "Sekarang dia adalah bagian dari pemerintahan, dia adalah pemimpin politik. Seharusnya dia telah berbicara lantang soal ini. "


Aung San Suu Kyi berada dalam tekanan internasional atas terjadinya krisis kemanusiaan Rohingya, yang telah mengakibatkan lebih dari 370.000 warga etnis minoritas muslim meninggalkan Negara Bagian Rakhine, Mynamar, ke Bangladesh dalam tiga minggu terakhir.


Konflik terbaru ini dimulai pada 25 Agustus, ketika tentara Myanmar melancarkan tindakan militer di Rakhine State sebagai balasan atas serangan yang diklaim oleh milisi Rohingya, ARSA.


Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB untuk Pengungsi telah menerima laporan bahwa pasukan keamanan dan milisi membakar Rakhine State, yang mayoritas dihuni warga etnis Rohingya. Mereka juga menembaki warga sipil yang melarikan diri. Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia bahwa situasinya seperti pembersihan etnis.


Pemimpin Myanmar, Penasihat Negara dan peraih Nobel, Aung San Suu Kyi, belum mengecam sedikitpun tindakan kekerasan militer negara itu terhadap warga minoritas Muslim di negara yang mayoritas beragama Budha itu.


Pada Rabu kemarin, Suu Kyi membatalkan rencana perjalanannya ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, yang bakal bersidang pada pekan depan. Suu Kyi menyalahkan adanya kampanye informasi keliru dan berita palsu yang dianggapnya memicu krisis.


Seperti yang dilansir Time pada 14 September 2017, menurut Bo, posisi Suu Kyi di Myanmar tetap rapuh. Meskipun terpilih dalam pemilihan demokratis, tetapi militer masih mengendalikan kementerian utama pemerintah, termasuk Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, dan Perbatasan.


Bo juga memperingatkan agar tidak melabeli kekerasan di Rakhine sebagai genosida. "Dalam konteks ini, meskipun ada penganiayaan tapi tidak memenuhi syarat sebagai genosida atau pembersihan etnis terhadap komunitas Muslim," kata Bo.


Dia meminta agar masyarakat internasional mencoba meredakan ketegangan dan kemarahan di wilayah ini dengan menggunakan bahasa yang tidak akan mengganggu kedua belah pihak.


Paus Fransiskus mengangkat Bo sebagai pemimpin umat Katolik Myanmar pada tahun 2015. Paus menjadikannya uskup agung pertama dari Myanmar, yang bergabung dengan Catholic College of Cardinals, badan global tertinggi gereja untuk memilih paus.


Paus Fransiskus telah berbicara secara teratur untuk mendukung populasi Muslim Rohingya. Pada akhir Agustus, saat kekerasan meningkat, Paus Fransiskus mengumumkan dia akan mengunjungi negara itu pada November nanti.


Sehari sebelum Vatikan mengumumkan rencana perjalanan ini, Paus Fransiskus meminta pemerintah Myanmar mengakhiri penganiayaan terhadap kelompok minoritas agama, laki-laki dan perempuan Rohingya. Paus meminta mereka diberi hak penuh sebagai warga negara.


Paus Fransiskus juga menyoroti penderitaan umat Islam yang diusir dari Myanmar sebagai bagian dari upaya untuk membangun simpati bagi para imigran dari semua agama di seluruh dunia.



TIME | YON DEMA

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

7 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

7 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

11 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

13 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

14 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Indonesia Sambut Kunjungan Paus Fransiskus pada September 2024

19 hari lalu

Indonesia Sambut Kunjungan Paus Fransiskus pada September 2024

Kemlu menyatakan bahwa Indonesia siap menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-5 September 2024

Baca Selengkapnya