Presiden Cina Telpon Presiden Perancis Soal Korea Utara, Kenapa?  

Reporter

Editor

Budi Riza

Sabtu, 9 September 2017 20:13 WIB

Presiden AS, Donald Trump berbincang dengan Presiden China, Xi Jinping saat menyambut kadatangannya di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, 6 April 2017. REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina berupaya mengaktifkan kembali negosiasi dengan Korea Utara dengan meminta bantuan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.



Presiden Cina, Xi Jinping, menelpon Macron kemarin dan meminta Perancis berperan konstruktif dalam menurunkan ketegangan dengan Korea Utara. Dia meminta Macron untuk membuka dialog dengan rezim Kim Jong-un.



Sebelumnya, Jinping juga telah menelpon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada Rabu dan Kamis lalu.


Advertising
Advertising


Baca: Apakah Korea Utara Bakal Luncurkan Rudal pada Hari Ini?



“Rangkaian telepon ini menunjukkan isu semenanjung Korea merupakan isu utama bagi para pemimpin dunia karena adanya ancaman keamanan tingkat tinggi,” kata Shi Yinhong, penasehat Dewan Negara Cina dan juga direktur Pusat Studi Amerika di Universitas Renmin, Sabtu, 9 September 2017.



Baca: YouTube Tutup 2 Saluran Propaganda Korea Utara



“Semua negara besar dunia yang terkait dengan konflik ini telah menunjukkan sikapnya yang jelas kecuali Cina. Sehingga sikap Cina yang jelas diperlukan,” kata Shi.



Rangkaian telepon ini terjadi menyusul tes bom nuklir Korea Utara pada Ahad lalu. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah bersidang pada Selasa lalu.



Cina merupakan satu dari lima anggota Dewan Keamanan PBB selain Perancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat.



Pemerintah AS telah berupaya menggalang sanksi lebih keras untuk Korea Utara seperti embargo penjualan minyak bumi kepada negara komunis itu. Ini sebagai hukuman atas uji coba nuklir dan program rudal balistik antarbenua.



Jinping juga telah berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, saat keduanya menghadiri acara pertemuan tingkat tinggi BRICS di Xiamen Cina pada pekan lalu.



Putin berpendapat tambahan sanksi untuk Korea Utara akan percuma dalam kondisi seperti ini.



Menurut Wang Sheng, seorang ahli Asia Timur Laut di Universitas Jilin, mengatakan Cina cenderung berposisi seperti Rusia. Namun, Cina juga menginginkan ada sanksi lebih tegas untuk Korea Utara.



Sementara Eropa lebih cenderung mendukung sanksi seperti AS walaupun tidak menginginkan adanya kemiskinan meluas di Korea Utara.



“Sanksi berikutnya untuk Korea Utara akan menentukan perkembangan hubungan antara komunitas internasional dan negara komunis itu karena ini menyangkut minyak, yang bisa membawa konflik ini lebih dekat ke perang,” kata Wang.



SCMP | BUDI RIZA

Berita terkait

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

4 jam lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

6 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

1 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

2 hari lalu

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

2 hari lalu

Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

2 hari lalu

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya