Korea Utara diketahui memiliki enam hulu ledak nuklir, dan sejak tahun 2006 negara yang di pimpin oleh Kim Jong Un ini rajin melakukan uji coba senjata nuklir. Pada 9 September 2016 Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklirnya yang memicu gempa berkekuatan 5.3 skala richter dengan daya ledak 20-30 Kiloton TNT. nytimes.com
TEMPO.CO, Pyongyang—Pemerintah Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba nuklir ke-6 hari ini, menyusul guncangan seismik di dekat lokasi pengujian rudal dan nuklir.
Hal ini diungkapkan pemerintah Korea Selatan seperti dilansir The Washington Post, Ahad 3 September 2017.
Jika benar, maka uji coba nuklir ini merupakan yang pertama sejak Donald Trump berkuasa sebagai presiden Amerika Serikat, dan hanya berselang jam menjelang pembukaan pertemuan negara-negara BRICS di Cina.
Badan US Geological Survey menyatakan guncangan gempa sebesar 6,3 terjadi tepat tengah hari waktu setempat di lokasi tempat pengujian nuklir. Uji coba nuklir terakhir negara tersebut juga dilaksanakan pada jam yang sama.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in langsung menggelar sidang darurat. Sementara Perdana menteri Jepang Shonzou Abe menegaskan pihaknya tidak akan menoleransi uji nuklir dari Korea Utara lagi.
Trump dan Abe berbicara melalui telepon mengenai "peningkatan ancaman" Korea Utara, yang dua kali menguji rudal balistik antarbenua pada Juli pada Sabtu lalu.
"Kedua pemimpin menegaskan kembali pentingnya kerja sama erat antara Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan dalam menghadapi peningkatan ancaman dari Korea Utara" menurut pernyataan Gedung Putih.
Beberapa jam sebelumnya, kantor berita Korea Utara, KCNA, melansir pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menginspeksi pengembangan hulu ledak bom hidrogen di Insitut Senjata Nuklir.
Korea Utara mengklaim berhasil mengembangkan bom hidrogen atau bom H yang dapat dijadikan hulu ledak pada rudal balistik antarbenua atau ICBM.
THE WASHINGTON POST | AP | SITA PLANASARI AQUADINI