Kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, Februari 2009. REUTERS
TEMPO.CO, Manila - Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, 21 Agustus 2017, yang menewaskan sembilan warga sipil dan melukai sepuluh orang.
Selain menembaki warga yang sedang tertidur lelap, para milisi Abu Sayyaf, yang dikenal dengan penculikan dan menuntut tebusan uang, juga membakar empat rumah penduduk dan satu pusat perawatan di Kota Maluso.
"Ini tindakan terorisme dan pengecut," kata John Cundo, kepala kepolisian Kota Basil, seperti dikutip dari The Star, 21 Agustus.
Adu senjata antara polisi yang didukung militer Filipina dan milisi Abu Sayyaf berlangsung selama 45 menit yang berakhir dengan mundurnya milisi dari Maluso.
"Yang kami sesalkan, anak-anak dan perempuan yang sedang tidur menjadi korban saat serangan terjadi," kata Cundo.
Dipicu oleh serangan milisi Abu Sayyaf, aparat Filipina mengevakuasi warga yang ketakutan. Bersamaan itu, jumlah pasukan militer diperbanyak untuk mengamankan Kota Maluso.
Presiden Rodrigo Duterte telah menerapkan darurat militer di sepanjang wilayah selatan Filipina, termasuk Basilan, dari serangan terorisme Abu Sayyaf dan jaringannya.
Serangan Abu Sayyaf ke permukiman warga di Maluso terjadi sehari setelah militer Filipina menyelamatkan warga Vietnam yang diculik dan ditawan selama sembilan bulan di Basilan oleh Abu Sayyaf.
Abu Sayyaf merupakan jaringan milisi yang dibentuk pada 1990-an yang mendapatkan bantuan dana dari jaringan Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden. Anggota-anggota Abu Sayyaf terlibat dalam berbagai aksi penculikan dengan target warga asing sebagai tawanan. Untuk membebaskan setiap tawanan, Abu Sayyaf menuntut uang tebusan jutaan dolar Amerika Serikat.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.