Seorang petugas dari pemerintah menjelaskan sebuah poster yang menampilkan berbagai jenis bom kepada anak-anak yang telah meninggalkan rumah bersama keluarga mereka untuk menghindari pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak dari kelompok Maute, yang telah mengambil alih bagian kota Marawi, di Pusat Evakuasi kota Iligan, Filipina, 18 Juni 2017. Petugas menjelaskan jenis bom, agar anak-anak dapat menjauh dari barang-barang mencurigai yang kemungkinan ditemukan selama pertempuran. REUTERS/Romeo Ranoco
TEMPO.CO, Marawi - Militer Filipina mendapat informasi bahwa sejumlah warga sipil yang disandera milisi di Marawi dipaksa menjarah rumah warga, memanggul senjata, menembaki aparat pemerintah, dan menjadi pelayan seks para milisi.
Informasi dari tujuh warga Marawi yang berhasil melarikan diri dan yang diselamatkan itu diungkapkan kepada militer Filipina. Beberapa sandera, kata mereka, dipaksa berpindah agama menjadi Islam, membawa para milisi yang terluka ke masjid-masjid, dan menikah dengan milisi Maute.
"Ini yang terjadi saat ini di dalam. Ini bukti kuat. Ini perilaku iblis," kata Jo Ar-Herrera, juru bicara militer Filipina kepada para jurnalis, seperti dikutip dari Channel News Asia, 27 Juni 2017.
Informasi dari pihak militer ini belum terverifikasi mengingat zona konflik selama lima minggu terakhir masih diwarnai pertempuran sengit.
Selain itu, kemampuan kelompok milisi Maute, milisi pendukung ISIS yang mendapatkan akses peralatan tempur dan melibatkan milisi warga asing, telah menimbulkan kekhawatiran pertempuran di Marawi akan lebih meluas.
Informasi resmi dari pemerintah Filipina menyebutkan pertempuran melawan milisi Maute di Marawi telah menewaskan 70 aparat, 27 warga sipil, dan 290 milisi. Selain itu, sekitar 246 ribu orang mengungsi dan keluar dari Marawi.