Ramadan, Muslim di Myanmar Terjang Hujan Demi Dapat Makanan

Reporter

Sabtu, 24 Juni 2017 11:32 WIB

Seorang warga muslim mempersiapkan menu berbuka puasa Ramadan di sebuah masjid Taunggyi, Shan State, Myanmar, 19 Juni 2015. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Yangon - Puluhan umat Islam berbaris di depan suatu masjid di Yangon, Myanmar pada Jumat, 23 Juni 2017. Berlindung di bawah payung untuk menghindari hujan monsun yang deras, puluhan muslim itu mengantri untuk mendapatkan nasi dan kari untuk berbuka puasa. Ini potret kehidupan umat muslim Myanmar saat Ramadan.

Selama enam dekade, sebagian besar umat muslim di Myanmar beribadah di sekolah-sekolah Islam. Namun bulan lalu, madrasah di Yangon Timur ditutup oleh gerombolan nasionalis Budha. "Kami telah menghadapi lebih banyak diskriminasi selama beberapa tahun terakhir," kata Hussein, seorang muslim yang biasa beribadah di sekolah.

Baca: Ramadan, Muslim Myanmar Dipersulit untuk Beribadah

Kebanyakan umat muslim menerjang hujan monsun untuk beribadah bersama di jalanan saat bulan suci Ramadan mulai tahun ini. Namun pemerintah setempat melarang kegiatan itu. Bahkan sebelumnya pemerintah telah menghukum tiga orang yang menghadiri ibadah dengan alasan pertemuan itu mengancam stabilitas dan melanggar hukum.

Jumlah muslim di Myanmar hanya sekitar tiga hingga empat persen dari total populasi. Jumlah itu sudah termasuk kaum minoritas muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine barat.

Agama Islam di Myanmar sebenarnya sudah berakar sejak beberapa abad yang lalu. Namun sekarang banyak yang merasa mreka tidak diinginkan di tanah air mereka sendiri.

Baca: Pengacara Muslim Myanmar Tewas Ditembak di Bandara Yangon

"Ketika saya muda tidak ada diskriminasi. Kami sangat ramah dengan umat Budha. Kami bisa makan di rumah mereka dan mereka makan di rumah kami. Sekarang di negara ini kami tidak bisa bebas mempraktikkan kegiatan agama kami," kata Hussein.

Aung Htoo Myint, sekretaris masjid di kota miskin Thaketa, Yangon, mengatakan bahwa mereka telah berjuang untuk menampung ratusan orang setelah sekolah Islam ditutup.

Bo Gyi, seorang guru di madrasah, mengatakan pihaknya tidak diberi informasi kapan sekolah bakal dibuka kembali. Pun ia tak tahu apa yang akan terjadi pada 300 murid yang belajar di sana. "Kami telah menulis surat kepada presiden dan menteri luar negeri Yangon," katanya. Tetapi belum ada jawaban.

Baca: Suu Kyi Tolak PBB Selidiki Kejahatan yang Dialami Rohingya

Cara Myanmar memperlakukan muslim mendapat banyak kritikan. Selain membatasi kegiatan agama, pemerintah bahkan mengatur pernikahan muslim dan mengatur jumlah anak yang bisa dimiliki berdasarkan undang-undang ras dan agama di negara tersebut.

Ketegangan antara umat Budha dan Islam merebak sejak 2012. Ketika itu kekerasan sektarian meletus di Rakhine dan menewaskan 200 orang yang sebagian besar Muslim Rohingya. Puluhan ribu umat muslim lantas melarikan diri ke kamp-kamp pengungsian.


Ramadan ini, umat Islam di Myanmar masih mengalami berbagai diskriminasi termasuk saat menjalankan ibadah menyambut bulan suci tersebut.

CHANNEL NEWS ASIA | MAYA AYU PUSPITASARI

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

16 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya