TEMPO.CO, Iligan -Presiden Rodrigo Duterte memohon maaf atas kehancuran kota Marawi akibat pertempuran militer Filipina untuk memberangus kelompok pemberontak pendukung ISIS.
"Saya sangat, sangat, sangat menyesal hal ini terjadi pada kita. Saya mengharapkan anda segera akan dapat memaafkan tentara saya dan pemerintah serta bahkan saya," kata Presiden Duterte saat berpidato di pusat evakuasi di dekat Marawi.
Kota Marawi sebagai kota umat muslim Filipina kini hancur lebur setelah status darurat militer diberlakukan di kota itu untuk memberangus kelompok pemberontak pendukung ISIS pada 23 Mei 2016.
Selain memohon maaf, Presiden Duterte juga berjanji bahwa bantuan pasukan angkatan udara Amerika Serikat akan dilanjutkan.
Pertempuran di Marawi sudah berlangsung selama 5 minggu, namun belum ada tanda-tanda mengakhirinya. Pemerintah Filipina berencana sebelum Idul Fitri pertempuran berakhir.
Konflik di Marawi telah memakan korban mencapai 370 jiwa. Menurut catatan pemerintah, sebanyak 258 milisi tewas dan mereka tidak hanya warga Filipina, tapi termasuk warga asing dari Chechen, Libya, Malaysia dan banyak lagi. Sedangkan dari pihak aparat Filipina ada 62 orang yang tewas, 26 warga sipil dan 3 polisi juga tewas.
Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan status darurat militer di Marawi dan Mindanao setelah Maute mengibarkan bendera ISIS di sepanjang kota Marawi dan melakukan pembunuhan dan penculikan umat Kristen di Marawi pada 23 Mei 2017.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.