Anggota militer Myanmar mengangkat jasad penumpang pesawat militer Myanmar yang jatuh ke laut Andaman, di pantai Launglon, Myanmar, 8 Juni 2017. Pesawat militer yang hilang merupakan pesawat buatan China jenis turboprop empat mesin Y-8F 200, yang telah mengudara selama 809 jam. AP Photo
TEMPO.CO, Yangon— Dua hari setelah hilangnya pesawat militer Myanmar di Laut Andaman, sekitar 30 jenazah dievakuasi dari laut. Tim penyelamat membawa jenazah-jenazah tersebut ke darat dengan sebuah kapal militer.
Seperti dilansir AFP, Jumat 9 Juni 2017, mayat yang terdiri atas 20 perempuan, 8 anak-anak dan dua pria itu dibungkus dengan kantong mayat berwarna hitam saat dibawa dari kapal menuju daratan.
Di saat yang sama, ratusan orang berkumpul di pantai dengan putus asa menunggu kabar tentang orang-orang terkasih mereka. Pesawat tersebut membawa lebih dari 100 tentara beserta keluarganya dan para kru.
“Keluarga sepupu perempuan saya berada di dalam pesawat itu. Ia bersama suami dan seorang anaknya,” kata Kyaw Swar Myint, 44 tahun dari Dawei.
“Kami mendengar ada helikopter yang membawa 20 jasad ke pantai, jadi kami menunggu di sini.”
Pesawat Y8 transporter buatan Cina itu membawa 14 awak serta 106 personel militer dan anggota keluarga, termasuk 15 anak-anak pada Rabu lalu. Unit itu terbang dari Myeik ke Yangon dan puing-puingnya ditemukan di laut lepas kota pesisir Dawei.
Menurut militer, meskipun musim hujan di Myanmar, tidak ada laporan cuaca buruk pada saat itu.
Pesawat yang kecelakaan itu dibeli dari Cina pada Maret 2016 lalu dan telah memiliki 809 jam terbang.
Myanmar mengalami sejumlah insiden kecelakaan pesawat dalam beberapa tahun terakhir. Pada Februari 2016, lima awak pesawat angkatan udara tewas ketika kapal mereka jatuh di Ibu Kota Nay Pyi Taw.
Beberapa bulan kemudian, tiga petugas tewas ketika helikopter militer yang ditumpangi jatuh di Myanmar tengah. Sebuah pesawat komersial Air Bagan juga dilaporkan pernah melakukan pendaratan darurat pada 2012, dua orang tewas akibat terjadi kebakaran.