Perubahan Iklim Bisa Kurangi Potensi Konflik di Laut Cina Selatan

Reporter

Sabtu, 20 Mei 2017 15:48 WIB

Pulau Pag-asa di kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. AP/Rolex Dela Pena, Pool

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi I Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Arif Havas Oegroseno menjelaskan perubahan iklim global dapat mengurangi potensi konflik di Laut Cina Selatan.


“Ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil bisa mengurangi ketegangan saling klaim atas wilayah tertentu,” kata Arif saat berbicara dalam forum Geopolitics in a Changing World 2017 di Jakarta, pada Sabtu, 20 Mei 2017.


Baca juga:


AS: Tak Boleh Ada Pihak yang Merisak di Laut Cina Selatan
Cina Diam-diam Bangun Persenjataan di Laut Cina Selatan


Menurut Arif, bila merujuk kepada konvensi hukum laut, wilayah maritim suatu negara harus dihitung dari daratan. Perhitungan itu mesti dimulai dari bentukan alamiah.


Advertising
Advertising

"Sesuatu yang terbentuk alamiah baru bisa dijadikan dasar membuat klaim maritim. Reklamasi tidak bisa," ujarnya.


Arif mengakui sulit menemukan solusi bagi konflik di Laut Cina Selatan. Arif menilai solusi utama bagi persoalan Laut Cina Selatan ialah ketika negara-negara yang mengaku mempunyai otoritas terhadap pulau atau batas wilayah.

"Penyelesaiannya siapa yang punya pulau dan karang," ucapnya.


Persoalan makin rumit karena ada lebih dari lima negara yang terlibat dalam persoalan di Laut Cina Selatan. Bahkan Arif menilai tidak mungkin masalah Laut Cina Selatan bisa selesai dengan tuntas.

Meski demikian, lanjutnya, yang diperlukan oleh negara-negara yang terlibat ialah manajemen atau pengelolaan. Arif mengatakan upaya itu sudah dilakukan dengan cara membuat kerangka Code of Conduct (COC).


"Kerangka itu untuk mengelola konflik agar tidak meluas," ucapnya.

Kemarin, dalam siaran persnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan ASEAN dan Republik Rakyat Cina berhasil menyepakati Kerangka Code of Conduct (COC Framework) di Laut China Selatan.


Kesepakatan itu dicapai pada pertemuan ke-14 ASEAN-China Senior Officials Meeting on the Implementation of the Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (SOM on DOC) di Guiyang, Cina.

Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri, Jose Tavares, menilai momentum yang baik antara ASEAN-Cina dan kemajuan dalam implementasi DOC sejak beberapa waktu terakhir membantu percepatan penyelesaian COC Framework.


Simak juga: Presiden Duterte Minta Militer Kuasai Pulau di Laut Cina Selatan


Nantinya, kerangka COC itu akan disampaikan ke Menteri Luar Negeri ASEAN-Cina untuk mendapat pandangan dan persetujuan serta arahan ke depan.

Secara umum kerangka COC Framework yang disepakati terdiri atas mukadimah, tujuan, prinsip-prinsip umum, basic undertakings, dan final clauses.

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

21 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

24 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

28 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

33 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

40 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya