Ransomware WannaCry, Microsoft Tuding NSA Bertanggung Jawab

Reporter

Senin, 15 Mei 2017 09:30 WIB

Program malware ransomware wannaCRY yang menyerang komputer secera masal di 99 negara. .kominfo.go.i

TEMPO.CO, Washington—Bos Microsoft menuding badan intelijen Amerika Serikat, NSA, bertanggung jawab atas serbuan virus Ransomware WannaCry yang menyerang ratusan ribu komputer di lebih 100 negara pada Jumat lalu.


Menurut Brad Smith, presiden dan kepala divisi hukum Microsoft, seperti dikutip The Hill, Senin 15 Mei 2017, data rahasia NSA tentang kerentanan software atau perangkat lunak Windows yang tidak dilaporkan kepada Microsoft, menyebabkan penyebaran virus WannaCry menjadi sangat ganas.


Baca: Rudiantara: Ransomware WannaCry Serang Windows Lama


“Berulang kali, eksploitasi di tangan pemerintah telah bocor ke dalam domain publik dan menyebabkan kerusakan yang meluas. Skenario yang setara dengan senjata konvensional adalah militer AS kehilangan beberapa rudal Tomahawknya," tulis Smith di blog perusahaan Ahad malam.

WanaDecrypt0r, yang dikenal dengan nama seperti Wanna Cry, menyerang 200 ribu komputer dengan sistem operasi Windows di sekitar 150 negara. Sejak serangan tersebut dimulai pada Jumat pagi, korban mulai dari sejumlah rumah sakit di Inggris, perusahaan telekomunikasi di Spanyol, perusahaan kargo FedEx yang berbasis Amerika Serikat hingga Kementerian Dalam Negeri Rusia.


WanaDecrypt0r sangat ganas sebagian karena menggunakan alat peretas yang tampaknya telah dicuri dari NSA. Meskipun Microsoft telah menambal lubang keamanan di Windows pada Maret, bisnis sering tertinggal dalam menginstal pembaruan karena beberapa alasan termasuk perangkat lunak khusus industri yang tidak sesuai dengan versi sistem operasi terbaru.


Advertising
Advertising

Smith mengatakan bahwa Microsoft mendesak Konvensi Jenewa Digital pada Februari lalu yang memaksa badan intelijen negara untuk melaporkan kerentanan kepada vendor, dan bukannya menimbun, menjual, atau mengeksploitasi kerentanan tersebut.


Baca: Hadapi Ransomware WannaCry, Jangan Hanya Andalkan Antivirus

Dengan melaporkan kerentanan alih-alih menggunakannya untuk melakukan peretasan intelijen, produsen akan dapat meningkatkan keamanan semua penggunanya. Namun intelijen terutama NSA enggan melakukannya karena akan berperanguh terhadap operasi intelijen dan sabotase.


Pemerintahan Presiden Barack Obama membentuk Vulnerability Equities Process (VEP) untuk mewajibkan badan-badan agar melaporkan kekurangan perangkat lunak yang mereka temukan ke produsen.


Namun aturan ini masih memiliki celah sehingga banyak lembaga pemerintah, terutama intelijen menolak melaporkan kerentanan perangkat lunak kepada produsen. Akibatnya virus ganas seperti Ransomware WannaCry pun mengancam dunia.


THE LOS ANGELES TIMES | AP | THE HILL | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

18 jam lalu

Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

Microsoft investasi Rp 35 triliun di Malaysia, begini sejarah raksasa teknologi AS Itu.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

18 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

20 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

1 hari lalu

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

Microsoft juga akan bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk mendirikan Pusat Keunggulan AI Nasional dan meningkatkan kemampuan keamanan siber.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya