Pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari mengawal warga Norwegia, Kjartan Sekkingstad setelah dibebaskan dari kelompok militan Abu Sayyaf Islam al-Qaeda, di Jolo, Sulu di Filipina, 18 September 2016. Kelompok Nur Misuari ini membantu dalam proses pembebasan tersebut. REUTERS/Nickie Butlangan
TEMPO.CO, Manila - Kelompok teroris Filipina, yang terkenal dengan aksi penculikan, Abu Sayyaf merancang penculikan orang asing di tempat wisata di Filipina tengah dan barat. Amerika Serikat mengungkapkan rencana Abu Sayyaf itu seraya memperingatkan tentang ancaman itu.
Menghadapi rencana Abu Sayyaf itu, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan, keamanan telah ditingkatkan di pulau barat Palawan, tempat wisata paling populer di Filipina.
"Kedutaan Besar Amerika Serikat telah menerima informasi yang kredibel bahwa kelompok teroris mungkin berencana melakukan operasi penculikan yang menargetkan warga negara asing di wilayah Palawan," kata Presiden Duterte, seperti yang dilansir Channel News Asia pada 11 Mei 2017.
Kedutaan Amerika Serikat sebelumnya telah mengidentifikasi dua lokasi yang jadi target Abu Sayyaf, yakni ibu kota Puerto Princesa dan sungai bawah tanah terdekat yang menarik ribuan pengunjung setiap hari.
Puerto Princesa berjarak sekitar 400 kilometer barat laut pulau selatan yang merupakan benteng Abu Sayyaf, militan yang telah berjanji setia kepada kelompok ISIS dan sering menculik orang asing.
Abu Sayyaf bulan lalu mencoba serangan penculikan di pulau Bohol, sebuah tujuan wisata populer di Filipina tengah, namun digagalkan setelah pihak berwenang mengetahui adanya plot tersebut.
Sembilan militan Abu Sayyaf, tiga tentara dan satu polisi tewas dalam bentrokan tersebut. termasuk salah satu pemimpin utama kelompok itu. Serangan ke Bohol terjadi beberapa hari setelah kedutaan Amerika Serikat mengeluarkan sebuah peringatan tentang rencana Abu Sayyaf.