Pilpres Korea Selatan, Jumlah Pemilih Diprediksi Capai Rekor

Reporter

Selasa, 9 Mei 2017 08:15 WIB

Kandidat Presiden Moon Jae-in, bersama dengan istrinya Kim Jung-sook usai menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden di Seoul, Korea Selatan, 9 Mei 2017. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

TEMPO.CO, Seoul—Korea Selatan menuju pemilihan untuk memilih presiden baru setelah Park Geun-hye dipecat dan didakwa melakukan korupsi, dan dengan latar belakang ketegangan tinggi dengan Korea Utara yang memiliki senjata nuklir.

Lebih dari 139.000 tempat pemungutan suara dibuka pada Selasa, 9 mei 2017, di seluruh negeri, dengan jumlah pemilih diperkirakan mencapai rekor tertinggi.


Baca: Jabatan Presiden Lowong, Rakyat Korea Selatan Pilih Pemimpin Baru

Hal ini ditunjukkan saat pemungutan suara Korea Selatan awal berakhir pada Jumat lalu, jumlah pemilih mencapai lebih dari 10 juta orang, atau seperempat pemilih.

Besarnya minat para pemilih menuju tempat pemungutan suara didorong oleh kemarahan atas penyuapan dan skandal penyalahgunaan wewenang yang menjatuhkan Park. Selain itu, rakyat juga frustrasi atas menurunnya jumlah pekerjaan dan perlambatan pertumbuhan.

Moon Jae In, mantan pengacara hak asasi manusia, telah memimpin jajak pendapat selama berbulan-bulan. Survei terakhir Gallup Korea sepekan lalu menunjukkan dukungan 38 persen dari responden, diikuti oleh pesainya, Ahn Cheol-soo, sebesar 20 persen.

Hong Joon-pyo, dari partai Park's Liberty Korea, berada di tempat ketiga dari 13 kandidat presiden, dengan suara sebesar 16 persen.


Chung Tae-wan, seorang dokter berusia 72 tahun, memberikan suaranya di sebuah tempat pemungutan suara di distrik Seocho yang makmur di selatan Seoul. "Saya memilih Hong, karena keamanan [melawan Korea Utara] adalah hal yang paling penting," katanya kepada AFP.

Kim Kyung-min, 24, mengatakan bahwa dia memberikan suaranya dalam pemilihan awal pada pekan lalu. "Saya sangat kecewa dengan Park," ujar dia kepada AFP, tapi Kim menolak untuk mengatakan siapa yang dia pilih.


Baca: Diperiksa Kejaksaan Korea Selatan, Park Geun-hye Minta Maaf


Kampanye pemilihan presiden Korea Selatan kali ini sebagian besar berfokus pada ekonomi. Meski Korea Utara kurang menonjol, namun setelah satu dekade pemerintahan konservatif, kemenangan Moon bisa berarti perubahan dalam pendekatan Seoul terhadap Pyongyang dan sekutu pentingnya, Washington.

Pria berusia 64 tahun - yang dituduh oleh kritikus bersikap lembut di Korea Utara - telah menganjurkan dialog untuk meredakan ketegangan dan membawanya ke perundingan. Ia juga mendukung independensi Korea Selatan dalam hubungannya dengan AS yang menempatkan 28.500 tentara di negara ini.

“Seoul perlu memimpin masalah di Semenanjung Korea dan warga Korea Selatan seharusnya tidak berada di belakang,” katanya dalam sebuah wawancara media baru-baru ini.

Korea Utara telah melakukan dua uji coba nuklir dan serangkaian peluncuran rudal sejak awal tahun lalu dalam upaya mengembangkan rudal yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir ke daratan AS.

Washington mengatakan bahwa tindakan militer adalah sebuah pilihan, yang membuat kekhawatiran konflik meningkat.

Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah melunakkan pesannya, mengatakan bahwa dia akan "merasa terhormat" untuk bertemu dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un.


Advertising
Advertising

Baca: Semenanjung Korea Memanas, Bercermin dari Sejarah Perang Korea

Moon juga mengatakan bahwa dia akan bersedia mengunjungi Pyongyang untuk bertemu dengan Kim dan menganjurkan dimulainya kembali beberapa proyek antar Korea yang ditutup oleh para pendahulunya, termasuk zona industri bersama Kaesong.

Tapi bagi banyak pemilih Korea Selatan, korupsi, perlambatan pertumbuhan, pengangguran, dan bahkan polusi udara dari China berada di puncak daftar masalah.

Pertumbuhan pesat Korea Selatan dari tahun 1970an sampai 1990an membuat sebuah negara yang dilanda perang keluar dari kemiskinan. Tapi pertumbuhan melambat saat ekonomi mulai matang, dan tingkat pengangguran di antara usia di bawah 30-an sekarang berada pada rekor 10 persen.

Frustrasi karena melebarnya ketidaksetaraan kekayaan dan peluang memicu kemarahan atas skandal Park, yang mengekspos hubungan nyaman antara koruptor dan konglomerat keluarga yang berorientasi pada keluarga, atau chaebols, yang telah bertahan selama beberapa dekade di Korea Selatan.


Baca: Eks Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye Dijebloskan ke Tahanan

Park sedang menunggu persidangan atas korupsi karena menawarkan bantuan pemerintah kepada pengusaha papan atas - termasuk pewaris Samsung Lee Jae-Yong - yang menyuap kawan karib Park, Choi Soon-sil.

Moon, Ahn dan kandidat lainnya berjanji untuk mereformasi chaebol, yang mendominasi ekonomi dan telah lama dikritik karena beroperasi dengan sedikit pengawasan dari investor atau regulator.

Masalah lainnya adalah hubungan dengan Beijing, yang memberlakukan serangkaian tindakan yang dipandang sebagai pembalasan ekonomi atas pengerahan sistem rudal anti-AS, THAAD, di Selatan. Cina adalah mitra dagang utama Korea Selatan.


AFP | AL JAZEERA | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

27 Juli 2019

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

Gerakan boikot produk Jepang di Korea Selatan semakin intensif dan diwarnai aksi vandalisme dengan merusak mobil-mobil buatan Jepang

Baca Selengkapnya

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

31 Juli 2018

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

Pemerintah Korea Selatan kurangi masa tugas wajib militer

Baca Selengkapnya

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

Rudal Taurus milik Angkatan Udara Korea Selatan ini dilengkapi dengan sistem antijam alias tidak bisa dibuat macet,

Baca Selengkapnya

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

Korea Selatan ikut mengirimkan pesawat tempur F-15K, andalannya dalam iringan pesawat pengebom kelas berat milik Amerika yaitu B-1B Lancer kemarin.

Baca Selengkapnya

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

10 Oktober 2017

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

Para remaja Korea Selatan menikmati hidup seperti biasa, berjoget, berkumpul dan menikmati band K-Pop favoritnya karena tidak yakin perang terjadi.

Baca Selengkapnya

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

27 September 2017

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

Warga Korea Selatan memborong ransel untuk bertahan hidup saat perang atau WarBag menyusul meningkatnya ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.

Baca Selengkapnya

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

22 September 2017

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

You Jae Youn mengaku lebih banyak memikirkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dibandingkan ancaman nuklir Korea Utara.

Baca Selengkapnya

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

9 September 2017

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

Rakyat Korea Selatan meminta pemerintah meningkatkan kemampuan teknologi pertahanan untuk menghadapi Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

3 September 2017

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

Seorang istri memotong penis suaminya di Korea Selatan karena sang suami terlalu sering bermain golf.

Baca Selengkapnya

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

31 Agustus 2017

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

Korea Selatan tengah melatih pasukan khusus untuk melacak dan membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Baca Selengkapnya