Anak 12 tahun ini dikeluarkan dari turnamen catur. facebook.com
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Seorang gadis 12 tahun di Malaysia dipaksa mundur dari turnamen catur nasional setelah wasit menganggap pakaiannya tidak sopan dan terlalu menggoda. Gadis yang dirahasikan namanya mengenakan gaun sebatas lutut.
Gadis tersebut mengikuti Kejuaraan Catur Skolastik Nasional 2017 di Putrajaya, Malaysia. Saat akan bertanding, menurut pelatih catur gadis itu bernama Kaushal Khandhar, wasit utama menganggap pakaian muridnya melanggar kode berpakaian turnamen itu. Ia dibolehkan ikut bertanding jika mengganti gaunnya.
Ibu gadis itu menyatakan bahwa putrinya tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menarik diri, karena teguran itu diberikan larut malam. Ibunya tidak memiliki waktu untuk mencari pakaian yang baru bagi putrinya untuk pertandingan hari berikutnya, yang dijadwalkan dimulai pukul 9 pagi.
Kisah gadis yang menjurai turnamen catur regional Kuala Lumpur itu viral di media sosial setelah diunggah Khandhar ke Facebook. Banyak yang tidak melihat adanya kesalahan yang dibuat dan menanyakan dimana letak ketidaksopanan pada pakaiannya.
Beberapa netizen lainnya menuntut penyelenggara turnamen catur memberikan permintaan maaf kepada gadis itu.
Anggota parlemen Malaysia, Zuraida Kamaruddin juga telah menaruh perhatian pada kasus itu dan meminta penjelasan dari penyelenggara serta komite wasit.
Pihak penyelenggara juga telah meminta maaf dan membentuk sebuah komite banding untuk menyelidiki insiden tersebut. Selain itu, Federasi Catur Malaysia juga menyatakan akan turun tangan dalam menyelesaikan kasus tersebut.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.