Penuhi Undangan Trump, Presiden Palestina Tiba di Washington

Reporter

Selasa, 2 Mei 2017 21:10 WIB

PM Israel, Benjamin Netanyahu (kanan), manyapa Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dalam pemakaman mantan presiden Israel, Shimon Peres di Yerusalem, 30 September 2016. Peres merupakan tokoh yang mengupayakan perdamaian kedua negara pada 1990-an. REUTERS/Handout

TEMPO.CO, Washington - Presiden Palestina Mahmoud Abbas tiba di Washington D.C. pada Senin, 1 Mei 2017 memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat Wakil Presiden Mike Pence berkunjung ke Ramallah bulan lalu.


Abbas dijadwalkan bertemu dengan Trump, Rabu, 3 Mei 2017.

Seperti dilansir kantor berita Palestina, Ma'an News, Selasa 2 Mei 2017, kedatangan Abbas akan disambut langsung oleh Trump, Wakil Pesiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Penasehat Keamanan Nasional H.R. McMater dan sejumlah pejabat lainnya.


Baca: Hamas Akui Palestina Sesuai Perbatasan 1967 Tapi Tak Akui Israel

Tampak pejabat Palestina menemani Abbas antara lain Kepala Dinas Intelijen Majid Faraj, Kepala Investasi Palestina Muhammad Mustafa, Sekretaris Jenderal PLO Saeb Erekat, dan Wakil Perdana Menteri Ziyad Abu Amr.

Abbas dan Trump akan mengadakan pertemuan empat mata, dilanjutkan melakukan jumpa pers bersama. Setelah disusul pertemuan antara pejabat Palestina dengan AS.

Presiden Palestina ini dijadwalkan melakukan pertemuan terpisah dengan Tillerson dan pejabat penting lainnya.

Selama kunjungannya ke AS, Abbas juga diharapkan menjadi tuan rumah utusan perwakilan warga Palestina, komunitas Yahudi-Amerika, dan duta besar negara-negara Arab untuk AS.


Kunjungan ini berselang beberapa jam setelah kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza mengumumkan pengakuan negara Palestina berdasar Perbatasan 1967.


Baca: Lebih dari Seribu Tahanan Palestina di Israel Mogok Makan


Advertising
Advertising

"Hamas mendukung pembebasan seluruh Palestina tetapi siap mendukung negara tersebut di perbatasan 1967 tanpa mengakui Israel atau melepas hak apapun," ujar pemimpin Hamas, Khaled Mesaal di Doha, Qatar.


Sikap ini dinyatakan dalam dokumen baru yang menyerukan diadakannya hubungan yang lebih erat dengan Mesir, terus menolak pengakuan atas Israel, dan mengulangi tuntutan supaya pengungsi Palestina yang terusir ketika Israel didirikan tahun 1948 bisa kembali ke kampung halaman mereka.


Tidak ada tanggapan segera dari negara-negara Barat dan masih belum jelas apa dampak jangka panjang hubungan Hamas dengan Israel dan kelompok negara Arab yang moderat.


Hamas yang menguasai Jalur Gaza juga terpecah dengan kelompok Fattah, lawan politiknya yang lebih moderat, pimpinan Mahmud Abbas. Pernyataan Hamas itu, diumumkan di Doha menjelang pertemuan Abbas dengan Presiden Donald Trump di Washington hari Rabu.


Tahun 1967 Israel merebut Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dalam perang dengan negara-negara Arab. Israel mundur dari Gaza tahun 2005. Negara di sepanjang perbatasan 1967 adalah tujuan saingan politik utama Hamas, Fatah, gerakan yang dipimpin Mahmoud Abbas.

MAAN | VOA | CHOIRUL AMINUDDIN

Berita terkait

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

3 jam lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

3 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

5 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

5 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

6 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

6 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

6 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

7 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

7 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

8 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya