Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menjawab sejumlah pertanyaan awak media saat mengunjungi lokasi ledakan bom di kota Davao, Filipina, 2 September 2016. Saat terjadinya serangan bom, Duterte tengah berada di kawasan tersebut. REUTERS
TEMPO.CO, Manila -Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dirinya sulit memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Gedung Putih. Jadwal yang padat, termasuk rencana lawatannya ke Moskow, Rusia menjadi alasan presiden Duterte ragu untuk berjanji pada presiden Trump.
"Saya terikat dengan beberapa janji yang sudah dibuat sebelumnya, saya harus pergi ke Rusia dan Israel," kata Duterte seperti yang dilansir The Star pada 2 Mei 2017.
Duterte mengungkapkan keprihatinannya karena tidak dapat menyesuaikan waktu untuk kunjungan bertemu Presiden Trump meskipun belum ada tanggal yang pasti diajukan.
Meski begitu, Duterte mengatakan hubungan dengan Amerika Serikat telah membaik di bawah kepemimpinan Presiden Trump. Hubungan dengan sekutu dekatnya itu merenggang di bawah Barack Obama, setelah mengkritik cara presiden Filipina memerangi peredaran narkoba.
Presiden Trump melakukan panggilan telepon kepada Duterte untuk mengundangnya berkunjung ke Gedung Putih pada Sabtu, 29 April 2017. Belum diketahui kapan Duterte akan mengunjungi Gedung Putih, namun Trump berencana mengunjungi Filipina pada November mendatang.
Dalam rilis Gedung Putih, disebutkan pembicaraan Presiden Trump dan Duterte fokus pada memanasnya Semenanjung Korea setelah Trump mengancam akan melakukan intervensi militer jika Korea Utara terus melakukan uji coba rudal.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.