Amerika Diyakini Tak Akan Serang Korea Utara Demi Sekutu Terdekat

Reporter

Sabtu, 22 April 2017 19:51 WIB

Amerika Serikat mengirim kapal induk USS Carl Vinson (CVN 70) ke Semenanjung Korea atas permintaan Laksamana Harry Harris, kepala Komando Pasifik Amerika Serikat. Permintaan ini disebabkan Korea Utara beberapa kali melakukan tes peluncuran rudal balistik, terakhir 5 April 2017. US Navy/Tom Tonthat/via Reuters

TEMPO.CO, Tokyo -Sejumlah pengamat dan mantan perwira tinggi militer Amerika Serikat yang terlibat dalam Perang Korea tahun 1950-an menyakini Amerika Serikat tidak akan menyerang Korea Utara. Korea Selatan, sekutu terdekatnya menjadi alasan utama.

Menurut Carl Baker, pensiunan dari Angkatan Udara Amerika Serikat dan memiliki pengalaman luas di Korea Selatan, rudal-rudal milik Korea Utara akan menimbulkan kehancuran besar di Korea Selatan.

Baca juga: Presiden Trump Pilih Perang, Pence: Cara Damai Hadapi Korea Utara

"Ini menjadi faktor yang paling membatasi Amerika Serikat," kata Baker seperti dikutip dari Washington Post, 21 April 2017.

Senator Lindsey O.Graham pekan ini menyatakan dukungannya untuk menyerang Korea Utara supaya menghentikan negara itu mengembangkan kemampuan rudalnya menjangkau Amerika Serikat.

Hanya saja, ia memperkirakan perang akan berakhir di Korea Selatan. "Ini akan mengerikan, namun perang akan berakhir di Korea Selatan, bukan di sini," kata Graham kepada NBC.

Baca juga: Menhan AS: Korea Utara Provokatif dan Tak Bisa Dipercaya

Ambisi Korea Utara saat ini untuk menghantam daratan Amerika Serikat dengan rudal membuat Korea Selatan hidup dalam ancaman senjata konvensional Korea Utara selama beberapa dekade.

Analis Korea utara dengan situsnya 38 North, Joseph S.Bermudez Jr, menjelaskan, markas tentara Korea Utara di Kaesong, di utara kawasan demiliterisasi Korea Utara-Korea Selatan atau DMZ, memiliki 500 artileri. Seluruh artileri ini dapat menjangkau wilayah utara Seoul, yang berjarak sekitar 30 mil dari DMZ.

Namun, satu saja proyetil terbesar yang ditembakkan Korea Utara dari DMZ akan menjangkau hingga ke selatan Seoul. Area ini merupakan kawasan metropolitan Seoul yang dihuni sekitar 25 juta orang.

Baca juga: Di PBB, Korea Utara Tegaskan Siap Perang Melawan Amerika Serikat

"Inilah efek kedekatan," kata David Maxwell yang bekerja sebagai tentara Amerika Serikat selama 30 tahun di Korea Selatan dan saat ini mengajar di Universitas Georgetown.

Bermudez menunjukkan betapa besar dampak dari rudal-rudal yang akan ditembakkan ke Seoul, jika perang menjadi jawaban atas perseteruan Korea Utara dan Amerika Serikat.

Menurut Bermudez, setengah dari artileri Korea Utara merupakan peluncur multi roket, termasuk peluncur 18 hingga 36 dengan besaran peluncur mencapai 300mm. Peluncur roket sebesar itu memiliki kemampuan menembak delapan kali untuk setiap 15 menit dan kemampuan jangkau 44 mil.

Baca juga: Korea Utara Tayangkan Video Olok-olok Rudal Hancurkan Amerika

Sehingga jika Korea Utara mulai menembakkan artilerinya ke Korea Selatan, maka dalam sejam akan ditembakkan empat ribu tembakan. Maka, sekitar 2.811 kematian dan 64 ribu orang tewas di hari pertama, kebanyakan yang meninggal terjadi dalam rentang waktu tiga jam setelah tembakan.

Yang mengerikan, sebagian yang menjadi korban adalah warga Amerika. Karena sekitar 28 ribu tentara Amerika Serikat bertugas di Korea Selatan. Mereka bertugas di pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Osan dan yang terbaru di Pyeongtaek sebagai pengganti pangkalan militer Amerika di Seoul.

Baca juga: Presiden Trump Setujui Sanksi Baru ke Korea Utara

Mencermati fakta ini, menurut Baker dari Pusat Forum Pasifik untuk Strategi dan Kajian Internasional, pernyataan pemerintah Amerika Serikat bahwa semua opsi tersedia untuk mengatasi masalah Korea Utara adalah tidak benar.

"Kita sesungguhnya tidak memiliki opsi militer. Orang-orang di Washington mengatakan 'Kita punya kemampuan untuk ini,' namun orang-orang kita yang duduk di Seoul mengatakan,'Kamu tidak dapat melakukan hal itu," kata Baker.

Sehingga melindungi Seoul dari ancaman Korea Utara menjadi prioritas utama untuk aliansi ini.

WASHINGTON POST | MARIA RITA

Berita terkait

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

6 Februari 2021

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

Google mengeluarkan pembaruan keamanan untuk Chrome berupa patch untuk mengatasi kerentanan di peramban tersebut.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

3 Februari 2021

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

Ia yakin Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak akan menyerahkan persenjataan nuklirnya.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes Korea Utara Untuk Kuwait Kabur ke Korea Selatan

25 Januari 2021

Eks Dubes Korea Utara Untuk Kuwait Kabur ke Korea Selatan

Mantan duta besar Korea Utara untuk Kuwait Ryu Hyun Woo memutuskan kabur ke Korea Selatan bersama keluarganya.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Hukum Berat Warga Korea Utara yang Nikmati Hiburan Korea Selatan

20 Januari 2021

Kim Jong Un Hukum Berat Warga Korea Utara yang Nikmati Hiburan Korea Selatan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberlakukan denda atau penjara bagi siapa pun yang ketahuan menikmati hiburan Korea Selatan atau meniru aksennya.

Baca Selengkapnya

Tahun Baru 2021, Kim Jong Un Pilih Tulis Surat Untuk Rakyatnya

2 Januari 2021

Tahun Baru 2021, Kim Jong Un Pilih Tulis Surat Untuk Rakyatnya

Dalam surat itu, Kim Jong Un mengucapkan terima kasih kepada rakyatnya karena telah mempercayai dan mendukungnya di masa-masa sulit.

Baca Selengkapnya

Tujuh Negara Tuding Korea Utara Manfaatkan Pandemi Untuk Langgar HAM Warganya

12 Desember 2020

Tujuh Negara Tuding Korea Utara Manfaatkan Pandemi Untuk Langgar HAM Warganya

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menggelar rapat membahas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Korea Utara ini

Baca Selengkapnya

Cina Dikabarkan Beri Vaksin COVID-19 Eksperimental ke Kim Jong Un

2 Desember 2020

Cina Dikabarkan Beri Vaksin COVID-19 Eksperimental ke Kim Jong Un

Korea Utara dikabarkan telah menerima vaksin COVID-19 eksperimental dari Cina. Bahkan, Kim Jong Un dikabarkan sudah memakainya.

Baca Selengkapnya

Peretas Korea Utara Targetkan Pembuat Vaksin Covid-19 AstraZeneca

30 November 2020

Peretas Korea Utara Targetkan Pembuat Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Para peretas menyamar sebagai perekrut di situs jejaring LinkedIn dan WhatsApp untuk mendekati staf AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Cegah Covid-19, Korea Utara Tambah Pos Jaga di Perbatasan

29 November 2020

Cegah Covid-19, Korea Utara Tambah Pos Jaga di Perbatasan

Pemerintah Korea Utara menambah jumlah pos penjagaannya dan membangun tembok pertahanan di perbatasannya guna mencegah masuknya virus corona.

Baca Selengkapnya

Militer Korea Utara Diduga Latih Lumba-lumba Kamikaze

23 November 2020

Militer Korea Utara Diduga Latih Lumba-lumba Kamikaze

'Karamba' khusus untuk program pelatihan militer mamalia laut seperti lumba-lumba terekam dalam citra satelit Sungai Taedong.

Baca Selengkapnya