Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dan Presiden Cina Xi Jinping berjabat tangan setelah upacara penandatanganan di Beijing, Cina, 20 Oktober 2016. AP Photo
TEMPO.CO, Manila -Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan militernya untuk menguasai pulau-pulau tak berpenghuni di sekitar Laut Cina Selatan yang dipersengketakan dengan Cina.
"Yang tidak ditempati yang merupakan milik kita, mari kita tempati. Sepertinya setiap orang berusaha menguasai pulau-pulau di sana. Jadi, lebih baik kita tempati. Apa yang kita miliki sekarang, kita klaim, dan memberikan pernyataan penting dari sana," kata Presiden Duterte saat berkunjung ke markas militer di Palawan, yang letaknya berdekata dengan perairan yang diperebutkan dengan Cina.
Presiden Duterte bahkan menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke pulau yang dikuasai Filipina untuk mengibarkan bendera di sana.
Filipina menguasai sembilan pulau karang di kawasan Laut Cina Selatan. Presiden Duterte akan berkunjung ke pulau Thitu atau pulau Pagasa dalam bahasa setempat. Pulau Pagasa merupakan pulau terbesar di gugusan kepulauan Spraty yang dikuasai Filipina. Presiden Duterte akan membangun barak untuk aparat yang bertugas di daerah itu.
"Di hari Kemerdekaan nanti, saya akan ke pulau Pagasa untuk mengibarkan bendera di sana," ujar Presiden Duterte.
Pulau Pagasa berada dekat dengan pulau karang Subi, satu dari tujuh pulau buatan di Spratly. Cina dituduh menempatkan rudal militernya di samping perlengkapan militernya di pulau buatan itu.
Filipina memenangkan gugatan tentang sengketa Laut Cina Selatan. Pengadilan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda menyatakan Cina tidak memiliki hak sejarah di Laut Cina Selatan.
Putusan pengadilan di Den Haag membuat hubungan Cina-Filipina yang mesra di awal pemerintahan Presiden Duterte, menjadi panas dan tegang. Padahal presiden Duterte sebelumnya menegaskan keinginannya membangun kerja sama yang lebih erat dengan Cina daripada dengan Amerika Serikat.
Pada Februari lalu, Menteri Pertahanan Filipina Delgin Lorenzana menjelaskan militer akan memperkuat fasilitasnya di Spratly dengan cara membangun pelabuhan baru, dan memperbaiki struktur lainnya.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.