Myanmar Minta Internasional Usut Jaringan Pemberontak Rohingya

Reporter

Sabtu, 1 April 2017 16:44 WIB

Pemimpin pemberontak Rohingya bersumpah untuk memerangi pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. ekantipur.com

TEMPO.CO, Yangon - Pemerintah Myanmar meminta bantuan internasional untuk menelusuri latar belakang kelompok pemberontak muslim Rohingya, Harakah al-Yaqin untuk mengetahui keterkaitannya dengan organisasi teroris dari Timur Tengah.


Permintaan itu disampaikan juru bicara pemimpin partai berkuasa NLD (Liga Nasional Demokrasi) Aung San Suu Kyi, Zaw Htay seperti dikutip dari Asia Corresponden, 1 April 2017.

Baca juga: Rohingya Angkat Senjata Hadapi Myanmar

Pemimpin pemberontak muslim Rohingya menyatakan akan terus memerangi pasukan keamanan Myanmar hingga pemerintahan Aung San Suu Kyi, mengambil tindakan untuk melindungi Rohingya.

Dalam wawancara pertamanya oleh media independen, 31 Maret 2017, Ata Ullah, pemimpin kelompok pemberontak Rohingya, membantah memiliki hubungan dengan kelompok teroris asing dan menyatakan perjuangannya difokuskan pada hak-hak Rohingya.

Baca juga: Myanmar Hukum Mati Pria Rohingya Pemimpin Penyerangan Polisi

Ullah mengatakan lewat kelompok pimpinannya, Harakah al-Yaqin kini memilih berdiri dan angkat senjata melawan pemerintah Myanmar, yang telah berpuluh tahun menindas penduduk Rohingya.

“Jika tidak mendapatkan hak-hak kami, meski jutaaan bahkan harus mengorbankan seluruh warga Rohingya, kami akan terus berjuang melawan militer pemerintah yang kejam," kata Ullah melalui panggilan video dari sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Harakah al-Yaqin mendalangi tiga serangan pada 9 Oktober 2016. Saat itu kelompok gerilyawan ini menyerang pos-pos perbatasan dekat Bangladesh, menewaskan sembilan polisi Myanmar.

Baca juga: PBB: Lebih dari Seribu Warga Rohingya Tewas Dibunuh Tentara

Tentara Myanmar kemudian melancarkan serangan balik. Rumah-rumah di desa-desa Rohingya diserbu dan dibakar. Ratusan orang tewas dalam aksi balasan itu, memicu gelombang besar pengungsi Rohingya ke Bangladesh.

Sebuah laporan PBB yang dikeluarkan bulan lalu mengatakan pasukan keamanan Myanmar telah melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan terhadap Rohingya selama kampanye mereka melawan para pemberontak, yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Militer membantah tuduhan itu, mengatakan anggotanya terlibat dalam operasi kontra pemberontak yang sah sesuai aturan internasional.

Baca juga: Video Ini Rekam 4 Polisi Myanmar Pukuli Anak-anak Rohingya

Lebih dari satu juta Muslim Rohingya hidup di negara bagian Rakhine, wilayah barat laut Myanmar. Namun hingga kini mereka tidak kunjung mendapat status kewarganegaraan serta akses ke layanan seperti kesehatan dan pekerjaan.

Ullah mulai melakukan pemberontakan sekembalinya ia ke Rakhine setelah selama beberapa tahun melakukan perjalanan ke Bangladesh dan Arab Saudi. Dia kemudian merekrut ratusan orang muda Rohingya untuk mengangkat senjata melawan pemerintah Myanmar.

Sebelumnya dalam sebuah wawancara, Ata Ullah mengatakan awalnya dia bersimpati dengan pemberontak, tetapi setelah kekerasan terbaru, mereka mulai menarik dukungannya.

Juru bicara Suu Kyi, Zaw Htay, telah mendesak masyarakat internasional untuk menelusuri latar belakang kelompok itu untuk mengetahui keterkaitan dengan jaringan organisasi teroris dari Timur Tengah.

ASIA CORRESPONDENT|KATHMANDU POST|YON DEMA

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

16 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya