TEMPO Interaktif, Washington: Seantero bumi mendukung resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menjatuhkan sanksi atas Korea Utara. Tapi Cina masih merasa keberatan soal hukuman yang meminta semua kapal barang yang masuk dan keluar Pyongyang mesti diperiksa.Presiden Amerika Serikat George W. Bush, yang paling getol mendesak sanksi, mengatakan putusan PBB itu mengirim pesan yang jelas buat pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il. Menurut dia, resolusi tersebut juga menunjukkan dunia bersatu melawan Pyongyang."Langkah PBB yang cepat dan kuat itu menunjukkan bahwa kami semua bersatu dalam kebulatan hati menentang program bom atom Korea Utara dan menginginkan Semenanjung Korea bebas dari senjata nuklir," katanya Ahad (15/10) sesaat setelah PBB menelurkan resolusinya.Dalam keputusannya, PBB meminta rezim Kim menghentikan semua program senjata pemusnah massal dan rudal balistik atau antarbenuanya. Korea Utara juga mesti memberi akses selebar-lebarnya bagi pemeriksaan kargo dari dan ke negara komunis itu.Korea Selatan, tetangga dekat Korea Utara, juga menyambut baik sanksi itu. "Korea Utara sudah semestinya memikul semua konsekuensi atas tes nuklir yang mereka lakukan," ujar Perdana Menteri Han Myeong-sook. Seoul mendesak Pyongyang mematuhi resolusi tersebut.Jepang menilai resolusi itu sebagai langkah terbaik. Menurut Perdana Menteri Shinzo Abe, Tokyo bakal mempertimbangkan sanksi tambahan buat Pyongyang. "Dengan resolusi, komunitas internasional bisa mengirim pesan yang kuat bahwa kami tidak menerima senjata nuklir," katanya.Australia, Inggris, Israel, Prancis, Singapura, Taiwan, dan Thailand juga menyampaikan dukungan atas hukuman yang diberikan PBB buat Korea Utara. Canberra malah siap mengirim kapal perangnya guna membantu pemeriksaan atas kargo-kargo yang masuk dan keluar dari Pyongyang.Cuma Cina yang masih setengah hati mendukung resolusi itu. Duta Besar Cina di PBB Wang Guangya mengungkapkan negaranya berkeberatan dengan sanksi pemeriksaan kargo. "Cina mendesak semua pihak menahan diri dari setiap langkah provokatif yang bisa meningkatkan ketegangan," ujarnya.AFP | AP | BBC | SS KURNIAWAN