Hapus Kebijakan Lingkungan Obama, Trump Digugat Suku Indian

Reporter

Editor

Natalia Santi

Kamis, 30 Maret 2017 19:42 WIB

Presiden Donald Trump berbicara selama reli di Kentucky Exposition Center, di Louisville, 20 Maret 2017. AP/John Minchillo

TEMPO.CO, Chicago - Perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang menghapus kebijakan mantan Presiden Barack Obama soal perubahan iklim menuai gugatan dari Suku Indian Amerika dan aktivis lingkungan.

Di bawah pemerintahan Obama, Departemen Dalam Negeri memberlakukan moratorium penggunaan batu bara, untuk mengkaji dampaknya terhadap perubahan iklim.


Baca: Foto-foto Langka Kehidupan Suku Indian Seabad Lalu


Namun Selasa lalu, Trump mengeluarkan perintah eksekutif bertajuk "Kemandirian Energi" yang tak hanya mencabut kebijakan itu, tapi juga mengkaji pembatasan emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik tenaga batu-bara.

Jenny Harbine, pengacara aktivis lingkungan Earthjustice mengajukan gugatan tersebut di Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Montana, atas nama Suku India Cheyenne Utara, Sierra Club dan Pusat Keanekaragaman Hayati.

"Sistem hukum kita telah menjadi pagar yang menghentikan penyalahgunaan kekuasaan selama dua bulan terakhir, karena itu kami ke pengadilan untuk mempertahankan tanah, air dan udara yang bersih, serta iklim yang lebih sehat bagi semua orang," kata Harbine dalam pernyataan, Rabu, 29 Maret 2017.

Adapun Dewan Adat Suku Indian Amerika di Montana menyayangkan keputusan Trump tanpa konsultasi dan melakukan tinjauan lingkungan secara menyeluruh. "Ini mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima," kata Ketua Dewan Adat Cheyenne Utara, Jace Killsback dalam pernyataan.

Para aktivis lingkungan menyatakan pencabutan moratorium bakal memperburuk perubahan iklim dan membuat batu bara dijual dengan harga sangat murah. Selama berbulan-bulan mereka telah mempersiapkan perlawanan terhadap Trump.

Dalam kampanyenya, Trump telah menyebut pemanasan global sebagai berita palsu atau "hoax" yang diciptakan Cina. Dia pun bertekad untuk menghapus kebijakan lingkungan Obama dan menghidupkan kembali penggunaan batu bara.


Baca: Penyihir di Seluruh AS Bersatu Mantrai Presiden Donald Trump

Para pegiat lingkungan menyatakan akan memobilisasi penolakan dari publik, yang khawatir pada perubahan iklim. "Ini bukan yang diinginkan sebagian besar pemilih Trump," kata David Goldston, Direktur Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam.

Jajak pendapat menunjukkan masyarakat mendukung aksi untuk mencegah perubahan iklim. Sigi yang dilakukan September lalu menunjukkan 71 persen warga Amerika ingin agar pemerintah mengambil tindakan untuk mengurangi pemanasan global. Enam persen di antaranya ingin agar pemerintah segera bertindak meski tidak yakin adanya perubahan iklim.

Jajak pendapat yang dilakukan The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research and the Energy Policy Institute dari University of Chicago menunjukkan warga AS mau membayar lebih setiap bulan untuk memerangi pemanasan global.

Adapun Partai Republik menyalahkan kebijakan Obama atas hilangnya lapangan kerja di sektor batu-bara. Namun data menunjukkan industri pertambangan AS kehilangan lapangan kerja selama beberapa dekade terakhir karena otomatisasi dan kompetisi dari gas alam, panel surya dan turbin angin. Ketiga sumber daya itu menghasilkan listrik lebih murah sekaligus bebas emisi dibandingkan dengan tenaga batu bara.

ASSOCIATED PRESS | REUTERS | NATALIA SANTI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

6 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

13 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

17 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

21 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

24 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya