Myanmar Menolak Tudingan Lakukan Kekerasan ke Rohingnya

Reporter

Minggu, 26 Maret 2017 20:53 WIB

Aarafa Begum (20), mengayunkan putrinya Noor Kayes, saat berada di tenda kamp pengungsian Kutupalang di Cox's Bazar, Bangladesh, 12 Februari 2017. Aarafa Begum, melarikan diri bersama dengan suaminya dari Khyeri Prang, Myanmar. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Yangon - Pemerintah Myanmar menolak tudingan PBB terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga muslim Rohingya.

Sebelumnya, Jumat, 24 Maret 2017, lembaga hak asasi manusia PBB memutuskan mengirimkan tim pencari fakta ke negara di Asia Tenggara itu menyangkut keterlibatan militer dan pasukan keamanan dalam kekerasan terhadap muslim Rohingya.

Namun demikian keputusan PBB itu ditolak oleh pemerintah Myanmar. Koran milik pemerintah Myanmar di pemberitaannya Sabtu, 25 Maret 2017, mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri mengatakan, pembentukan tim pencari fakta tidak menyelesaikan masalah. Justru mengobarkan konflik.

"Keputusan PBB membentuk tim pencari fakta tidak sesuai dengan situasi di lapangan dan keadaan nasional," ujar Kementerian Luar Negeri Myanmar dalam sebuah pernyataan.

PBB dan kelompok hak asasi manusia meminta pemerintah Myanmar melakukan investigasi yang bisa dipercaya masyarakat internasional terkait dengan kekerasan terhadap muslim Rohingya di sebelah utara Rakhine.

"Peristiwa yang menimpa muslim Rohingya dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan."

Wakil Direktur Human Rights Watch wilayah Asia, Phil Robertson, mengatakan, masyarakat internasional tahu bahwa pelanggaran hak asasi di negara bagian Rakhine dilakukan oleh militer bukan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh penasehat negara Aung San Suu Kyi.

"Jika Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya menolak investigasi oleh PBB maka mereka bisa dianggap terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di Rakhine," ucapnya.

Sebuah serangan terhadap kantor polisi di Rakhine pada 9 Oktober 2016 direspon petugas keamanan berlebihan mengakibatkan puluhan orang tewas dan puluhan ribu orang lainnya meninggalkan Myanmar karena ketakutan.

Menurut kelompok pembela masyarakat Rohingya jumlah korban tewas bukan puluhan melainkan ratusan akibat operasi militer di Rakhine yang tertutup pemberitaan dan lembaga bantuan asing.

Setelah mendapatkan tekanan masyarakat internasional, Myanmar membentuk komisi investigasi dipimpin oleh Wakil Presiden Myint Swe, seorang bekas jenderal militer, pada awal Desember 2016.

Robertson mengatakan, komisi ini tidak kredibel karena gagal melindungi saksi mata atau korban kekerasan. Bahkan anggota komisi ini terdiri dari pejabat pemerintah yang terlibat pelanggaran hak asasi.

"Tidak ada yang bisa mempercayai pemerinth Myanmar ketika mereka mengatakan bahwa komisi investigasi yang mereka bentuk adalah independen," katanya.

PENINSULA QATAR | CHOIRUL AMINUDDIN






Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

4 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

6 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

6 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

9 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

9 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

10 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

11 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

12 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

18 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

18 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya