TEMPO Interaktif, Kota Gaza: Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah bertekad pemerintah yang dipimpinnya tidak akan membiarkan rakyat tergelincir ke perang saudara. "Kita menentang bentrokan internal," kata Haniyah dalam sidang kabinet Selasa lalu, setelah bentrokan antara pendukung gerakan Hamas dan pendukung partai rivalnya, Fatah.Sekitar 100 anggota pasukan keamanan yang loyal terhadap Fatah, Selasa lalu, memblokade jalan utama Jalur Gaza dengan kendaraan-kendaraan dan pembakaran ban. Pasukan paramiliter pro-Hamas tidak terpancing melakukan intervensi.Haniyah menyatakan perang saudara tak bisa dibiarkan meletus. Namun, dia menambahkan, masalah ini menjadi tanggung jawab semua pihak.Sepuluh orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka dalam dua hari bentrokan di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Bentrokan meletup Minggu lalu, saat pasukan paramiliter Hamas berusaha menghentikan blokade jalan di Gaza oleh para personel pasukan keamanan sebagai protes atas tidak dibayarnya gaji mereka. Di Desa Azzun, Tepi barat, sebuah mobil milik seorang anggota Hamas dan rumah milik pejabat partai dibakar. Di Nablus, para loyalis Fatah membakar dua bus yang dioperasikan untuk sekolah Hamas. Mereka juga membakar mobil seorang dosen yang dekat dengan partai pemerintah.Ini bentrokan paling sengit sejak Hamas naik ke tampuk pemerintah melalui pemilihan umum Januari lalu. Pemerintah Hamas tak mampu membayar gaji pegawai negeri sejak berkuasa Maret lalu karena boikot internasional.Ketegangan kian memanas setelah kelompok bersenjata pro-Fatah Brigade Syuhada Al-Aqsa mengumumkan ancaman membunuh para pemimpin Hamas. Kelompok itu secara spesifik menyebut pemimpin politik Hamas di pengasingan, Khaled Mashaal, Menteri Dalam Negeri Said Siam, dan Kepala Pasukan Paramiliter Hamas di Gaza, Yussef al-Zahar."Brigade Syuhada Al-Aqsa mendeklarasikan dengan keras dan tegas keputusan rakyat dan revolusi untuk menghukum mati pemimpin perpecahan Khaled Mashaal dan Said Siam serta Yussef al-Zahar," demikian pernyataan Brigade. Mereka dituduh sebagai biang keladi tertumpahnya darah rakyat Palestina. Di sidang kabinet, Haniyah juga mencela tur regional Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice, termasuk ke Israel dan Tepi Barat, yang dimulai kemarin. "Jelas Condolezza Rice bertumpu pada kebijakan lama untuk memecah belah dan berkuasa," kata Haniyah. Dia mendesak agar negara-negara Arab tidak tunduk pada rencana-rencana Amerika dan aspirasi pemerintah Amerika untuk memotong-motong wilayah. | AFP | AP | YANTO MUSTHOFA