Eks Polisi Filipina Akui Dibayar Duterte untuk Membunuh

Reporter

Senin, 20 Februari 2017 15:48 WIB

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menjawab sejumlah pertanyaan awak media saat mengunjungi lokasi ledakan bom di kota Davao, Filipina, 2 September 2016. Saat terjadinya serangan bom, Duterte tengah berada di kawasan tersebut. REUTERS

TEMPO.CO, Manila- Presiden Filipina, Rodrigo Duterte kembali diserang oleh lawan politiknya terkait perintah pembunuhan di luar hukum semasa menjabat sebagai Wali kota Davao City. Serangan itu dilakukan oleh seorang pensiunan polisi yang mengklaim pembunuhan di kota Davao dibuat atas perintah Duterte.

Arturo Lascanas, mantan anggota polisi yang menjadi salah satu pemimpin 'skuad pembunuh Davao' (DDS) , yang ditugaskan memberantas penjahat, mengatakan ia pernah membunuh penyiar radio yang mengkritik Duterte. Bahkan, Duterte dikatakan membayar uang kepada polisi agar melakukan pembunuhan.

"Dari semua pembunuhan yang kami lakukan di Kota Davao, dibayar oleh Wali kota Duterte. Kami mendapat 20 ribu peso hingga 100 ribu peso (Rp 5,3 juta - Rp 26,5 juta), tergantung pada status orang yang dibunuh," katanya dalam konferensi pers di Senat di Manila, pada Senin, 20 Februari 2017.

Pernyataan itu sekaligus memperkuat pengakuan Edgardo Matobato tahun lalu terkait perintah pembunuhan Duterte terhadap penjahat di Davao serta pembakaran terhadap sebuah masjid di kota itu.

Baca juga:
Mengaku Bunuh Penjahat Narkoba, Duterte Berisiko Dimakzulkan
Duterte Akui Pernah Bunuh Penjahat dengan Tangannya Sendiri

Lascanas menjadi bagian dari DDS sejak 1993 saat melakukan pengeboman masjid sebagai pembalasan setelah pemberontak Muslim dituduh mengebom katedral Katolik Roma.

Lascanas juga mengatakan ia dan kelompoknya terlibat dalam pembunuhan seorang tersangka penculikan dan istrinya yang tengah hamil, anak muda, ayah mertua dan dua lainnya dengan persetujuan Duterte.

Target lainnya adalah penyiar radio Juni Pala yang dikenal sebagai pengkritik keras Duterte. Dia dibunuh pada tahun 2003 oleh kelompok bersenjata yang dibayar Duterte.

Menanggapi tuduhan itu, Sekretaris Komunikasi Presiden, Martin Andanar, mengatakan bahwa dakwaan Lascanas sebagai bagian drama politik berkepanjangan dan percobaan pembunuhan karakter Duterte oleh pengkritiknya.

Baca juga:
Wali Kota Filipina Tersangka Narkoba Ditembak Mati di Bui
Operasi Narkoba Presiden Duterte Tembak Mati Wali Kota

Duterte sebelum ini, berulang kali membantah keterlibatannya dalam tindakan di luar hukum itu ketika menjadi Walikota Davao selama 22 tahun sampai akhir 2015.

Dia serta polisi juga menolak keberadaan tim pembunuh Davao dan menggambarkannya sebagai fiksi.

Kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan sekitar 1.400 pembunuhan yang mencurigakan di Davao sejak awal 1990-an dan kritikus mengatakan perang berdarah terhadap narkoba Duterte sejak menjabat tujuh bulan lalu menggunakan metode yang serupa.

Lebih dari 7.700 orang telah tewas dalam perang anti-narkoba, sekitar 2.500 dibunuh oleh di apa polisi dan sisanya oleh pembunuh bayaran.

INQUIRER|REUTERS|AL JAZEERA|YON DEMA

Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya